Me Time

Me time. Kalau diterjemahkan bebas adalah waktu buat diriku sendiri. Gampang ditulis, sulit dilaksanakan. Apalagi bagi ibu berperan ganda. Sebenarnya bisa sih dilaksanakan. Tapi setelah menyelesaikan semua kewajiban sebagai ibu atau pekerja.

Kapan? Saya pikir-pikir kok sulit ya. Coba saya runut satu persatu. Misalkan saat libur kerja Sabtu. Pagi hari, saya harus mengantar si bungsu sekolah. Setelah menunggu beberapa lama, saya meninggalkan dia.

Tujuan saya ke pasar untuk belanja bahan masakan buat mereka. Sampai rumah, saya bersih-bersih rumah, memasak. Kadang saya juga menghidupkan mesin cuci. Setelah beres, saya mandi dan istirahat sebentar. Ini me time.

Tapi baru agak pules, si bungsu pulang sekolah. Kadang ia tidak mengganggu saya. Kadang ia juga teriak "ibu kalau libur jangan tidur saja,"  kata Rahma sambil membangunkan saya.

Tidur saja? Perasaan baru tidur. Duh, rasanya masih capek. Dia minta ini itu. Ok, saya tidak tidur lagi. Saya duduk di sofa. Tak lama kemudian, guru ngaji saya datang. Saya bergegas wudhu dan mengaji. Biasanya sekitar satu jam mengaji.

Usai mengaji, saya selalu bertekad tidur siang. Menurut saya, me time saya sederhana. Beri saya kesempatan istirahat dengan tidur. Tolong jangan diganggu.

Karena sore hari sampai malam hari, saya selalu sibuk jadi pelayan buat semuanya.  Panggilan saya populer banget. Bu...bu...ini..bu itu..bu...Sabtu malam, saya tidur kelelahan dan berharap besok pagi saat bangun, saya masih libur. Ternyata harus bekerja. Sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini