80 Persen Limbah Plastik Jadi Media Melukis Masari Arifin Pelukis Malang

Saya paling senang liputan seni rupa. Apalagi di karya itu selalu ada cerita dibaliknya. Pada 16 Desember 2024 lalu, saya mengunjungi pameran tunggal pelukis Masari Arifin di Dewan Kesenian Malang (DKM) Jl Majapahit Kota Malang. Ia pamerab mulai 15 sampai 21 Desember 2024 berjudul Journey Art Plastic. Masari dikenal sebagai pelukis yang fokus pada pemanfaatan limbah plastik. Di Malang, ia satu-satunya perupa yang fokus di sini. Ini merupakan pameran tunggal keduanya. 

Selain buat liputan online, saya juga butuh audio visual untuk live report. Setidaknya bisa buat stok untuk jadwal saya. Ini kedua kalinya saya datang ke pameran Pak Masari. Pameran tunggal pertamanya pada Desember 2017 di DKM juga. Saat itu ia fokus pada tas plastik/tas kresek saja. Saat datang ke pameran kedua, suasana di DKM sepi. Saya bertemu seorang wanita yang menjaga pameran. "Saya mau liputan, Bu," kata saya.

Ibu itu bilang jika Pak Masari masih sholat. Saya lalu izin masuk ke galeri untuk mengambil foto dan video. Sambil menunggunya, saya duduk di luar. Tak lama kemudian Pak Masari datang. "Di pameran tunggal kedua ini, limbah plastik yang saya manfaatkan tak hanya tas kresek seperti di pameran pertama 2017. Kalau ini semua dari bahan plastik. Ada payet, tali plastik (sprento), paranet dan lainnya. Sebanyak 80 persen saya ambil dari limbah tak terpakai. Termasuk payet-payet itu," jelas pria kelahiran Malang pada 1967 ini.

Dari limbah payet ada yang jadi gambar Bung Hatta. Wajahnya nampak hidup. Dalam tulisan ini, saya ambil sebagian tulisan saya yang sudah dimuat di suryamalang.com. "Dulu saya mengambil di home industri perajin baju yang memakai payet. Setelah payetnya tidak dipakai, saya beli. Harganya lebih murah," sebutnya.  Sehinggga biaya produksinya lebih murah. Ia menyebutkan jika visinya memakai material plastik ini karena ingin berpartisipasi meminimalisir sampah plastik. Serta memberi pesan bahwa berkarya itu  tidak harus memakai media konvensional.

"Dengan plastik pun bisa. Konsepnya saya merubah dari barang usang/rusak jadi barang yang indah. Seperti nothing for something," paparnya. Sedang persiapan pameran itu, ia menyatakan pamerannya adalah retrospeksi perjalanannya memakai media plastik itu kurang lebih 10 tahun. "Dan kurun waktu itu, saya menemukan formula, teknis dan sebagainya sampai sekarang," ceritanya.

Yang dipamerkan di DKM adalah karyanya mulai 2002, 2017, 2023 dan 2024. Ini mewakili penemuan teknis maupun dalam bentuk karya. Sedang pemakaian payet di lukisan sudah dilakukan sejak  2022. Ikonik produk karyanya berjudul "Parsing Two Option". Ukurannya 200 x 400 cm. "Yang karya besar, karya ikonik di pameran ini mulai saya buat saat covid kedua sampai pasca covid. Saya mengerjakan sejak 2021," kisahnya.

Ia membuat itu untuk menyikapi kegelisahan tentang sulitnya berinteraksi di masa covid. Juga tidak bisa berkarya di luar. Sementara arus informasi global sangat gencar. Maka ada dua pilihan dengan kondisi itu. "Saya seperti dihadapkan pada lembaran kain yang terkoyak. Seperti bekerja atau berhenti. Berkarya atau berhenti menyikapi covid waktu itu. Semua orang kan gelisah. Antara hidup atau mati," tandasnya.

Akhirnya kondisi membaik seperti sekarang. "Tapi waktu itu kan tidak tahu bagaimana. Dari 30 karya saya, ada 16 yang dipamerkan di DKM," kata Masari. Selain itu direncanakan juga ada artist talk bersama mahasiswa yang dijadwalkan pada Selasa sore (17/12/2024).  Ia menggunakan plastik sebagai obyek dan subyek," kata. Ditanya proses kreatifnya, ia menjawab bahwa material itu dijadikan materi. 

"Biasanya terinspirasi dari ide di buku, fenomena, kenyataan di lapangan dan sebagainya. Termasuk  arus modern ini, semua kan tak terhindar dari plastik. Tapi orang abai dengan bahayanya. Mulai pembungkus makanan, kosmetik. Serba plastik. Kelihatan mudah dan murah tapi disisi lain menimbulkan bahaya juga. Sebab plastik tidak bisa cepat terurai," jawabnya. Kursi plastik rusak juga dijadi object art yang menyimbolkan rasa cinta. Pameran dibuka  untuk umum setiap hari pukul 10.00 sampai 21.00 WIB. Sylvianita Widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Meraup Untung Dari Si Mini