Kuliner Otak-Otak Bandeng Sidoarjo
Salah satu kuliner khas Kabupaten Sidoarjo adalah otak-otak bandeng dan bandeng asap. Lokasi penjualan oleh-oleh khas itu ada di JL Majapahit. Saya punya langganan bertahun-tahun di salah satu toko. Awalnya tidak sengaja membeli di toko ini ketika Paksu yang saya titipi beli bilang jika di toko lain sudah habis. Ia berinisiatif ke toko ini. Ternyata kok cocok di lidah saya dan anak-anak. Akhirnya selalu beli disana jika ingin.
Tokonya dikelola kakak beradik yang sudah lansia. Mereka hanya menerima pembelian cash. Atau bisa juga membayar lewat rekening ke salah satu penjualnya. Saya baru tahu setelah kesana membeli pada Sabtu (28/12/2024). Saya pilih membayar cash. Jadi harga otak-otak bandengnya Rp 75 ribu. Sedang seekor bandeng asap Rp 50 ribu. Saya juga beli emping matang manis Rp 15 ribu. Total habis Rp 140 ribu. Toko itu diberi banderol nama toko kerupuk Udang Biru.
Disana banyak juga ada aneka kerupuk yang bisa dijadikan oleh-oleh dan makanan lainnya. Untuk otak-otak bandengnya diambilkan dari lemari pendingin. Kalau saya suka makan dengan dicampur kocokan telur dan digoreng biar hangat. Kalau males digoreng lagi, bisa juga langsung disantap. Saya jamin bisa menghabiskan nasi putih, wkwkw. Sedang cara makan bandeng asap juga bisa langsung dimakan dengan cocolan kecap yang jadi pasangannya saat membeli.
Kalau di keluarga saya, suka digoreng lagi dengan tambahan kocokan telur biar hangat. Saya tidak tahu apakah bandeng olahan ini masih jadi idola oleh-oleh wisatawan atau tidak. Sebab banyak juga kuliner lain dibranding khas Sidoarjo. Misalkan kue lumpur atau lainnya. Semua kembali ke selera. Karena saya suka bandeng, maka ini bisa jadi cara saya mengajak anak-anak suka makan ikan. Di Kabupaten Gresik juga ada otak-otak bandeng.
Menurut saya, makanan khas suatu daerah harus dilestarikan. Misalkan keripik tempe di Malang. Karena ada pergerakan ekonomi dari UMKM setempat. Bahkan di Kampung Sanan Malang, sebagian besar warganya membuat keripiki tempe. Kalau di Jogja, kekhasan di gudeg dan bakpia yang kini makin beragam. Sylvianita Widyawati
Komentar
Posting Komentar