Pasien Miskin Dibiarkan Meninggal


Endro (31), warga Jl Wisnu Wardhana, Dusun Jago, Desa/Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang, pasien UGD Puskesmas Tumpang akhirnya meninggal dalam perjalanan menuju RSUD Kanjuruhan Kepanjen karena sakit brokhitisnya, Jumat (17/2). Yang disesalkan oleh keluarga, puskesmas memberi surat rujukan ke RSUD, tapi tidak ada paramedis yang mendampingi perjalanan itu. Selain itu, keluarga memakai mobil ambulans desa untuk membawa Endro yang bekerja sebagai pengayuh becak di Pasar Tumpang. Sebab keluarganya tidak mampu membayar sewa ambulans puskesmas sebesar Rp 250.000.
Ketika dibawa mobil ambulans desa, oksigen yang sempat dipasang di Endro selama di UGD juga dilepaskan.“Waktu kita minta izin agar tabung oksigen tetap dipasang, namun tidak diizinkan oleh petugas,” cerita Syaiful, adik korban ditemui di rumahnya di Dusun Jago RT 6/RW 8, Jumat sore. Yang ia lihat, selama dalam perjalanan, kakaknya terlihat drop dan lemas. Untuk mengecek kondisinya, Endro yang memakai ambulans milik desa mampir ke Puskesmas Kedungkandang Kota Malang.
Ketika mampir ke Puskesmas Kedungkandang Kota Malang, oleh petugas puskesmas yang memeriksa di dalam ambulans itu, Endro dinyatakan sudah meninggal. Dalam ambulans desa itu selain ada dua pamong desa, juga ada orang tua Endro yaitu Siti Mutmainah (ibunya) dan Shodiq (ayahnya) dan adiknya. Menurut Syaiful, kakaknya diketahui menderita bronkhitis pada dua pekan lalu. Oleh dokter di sebuah klinik disarankan masuk rumah sakit. Tapi karena termasuk keluarga tidak mampu, hal itu diabaikan.
Namun akhirnya Endro dibawa keluarganya ke UGD Puskesmas Tumpang sejak Jumat pagi pukul 05.30 WIB. Setelah diperiksa, baru satu jam kemudian almarhum Endro mendapat penanganan mendapat oksigen. ”Saya kecewa dengan pelayanan puskesmas,” ujar Syaiful. Menurutnya, kakaknya memang baru mengurus surat pernyataan miskin (SPM). Oleh ayahnya, Shodiq, buruh tani, memang tidak diurus sendiri namun dititipkan kepada salah satu anggota dewan dekat rumahnya.. ”Mungkin pak Shodiq tidak menyebutkan kritis sakit anaknya,” ujar Sholeh, Kepala Dusun Jago.
Ketika Endro masuk puskesmas pada Jumat pagi dan dirujuk ke RSUD Kanjuruhan, ada yang meluncur ke Dinkes terkait permohonan SPM itu. Persetujuan turun pada Jumat itu, tapi Endro keburu meninggal di perjalanan. Sedang dr Bambang Budi Prasetyo, Kepala Puskesmas Tumpang beralasan Endro dirujuk ke RSUD tanpa petugas paramedis karena ketika dicari, sudah tidak ada. ”Keluarganya sudah membawa memakai ambulans desa tanpa pamit kepada petugas. Padahal saya sudah meminta pada pak Edi, sopir ambulans untuk mengantar pasien itu pukul 09.00 WIB,” kilah Bambang.  
Katanya, pasien memang tidak punya jamkesmas/jamkesda dan sedang mengurus SPM. Untuk pasien jamkesda/SPM memang masih membayar, termasuk ketika harus menyewa ambulans. Tapi jika pasien jamkesmas, semua digratiskan. ”Mungkin ini masalah miss komunikasi,” ujar dr Bambang. Kata Bambang, di puskesmas hanya ada dua paramedis yang bertugas pada pagi itu , yaitu satu orang sedang mengantar obat ke rawat inap dan satunya sedang membuat laporan P2M (Pencegahan Penyakit Menular). Sehingga nampaknya dengan alasan itu, tidak ada paramedis yang mengantarnya. Endro, kata dokter itu diketahui selain mempunya brokhitis juga jantung karena dua kakinya nampak bengkak. vie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini