Air Sungai Bersih, Limbah Rumah Tangga Diolah
Kepanjen sebagai ibukota Kabupaten Malang memiliki kelebihan dalam bidang sanitasi air limbah. Karena inovasinya itulah, Kabupaten Malang meraih juara II tingkat nasional dalam inovasi manajemen perkotaan bidang sanitasi sub bidang pengolahan air limbah . Awal kemenangan ini dilalui dulu dengan pengajuan proposal yang diikuti oleh 250 kota/kabupaten di seluruh Indonesia.
SYLVIANITA W
KABUPATEN MALANG
Setelah lolos seleksi di proposal ternyata berlanjut dengan ditindaklanjuti dengan pembuktian di lapangan. Untuk manajemen limbah perkotaan mengambil contoh di Kecamatan Kepanjen terkait limbah pemukiman. “Sementara untuk limbah ternak mengambil contoh di Kecamatan Jabung dinama limbah ternak sudah dimanfaatkan dengan baik untuk biogas, khususnya di Desa Argosari,” jelas Romdhoni, Kadis Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang, Senin (28/2).. Untuk limbah pemukiman tempat yang ditinjau adalah Kelurahan Curungrejo, Kelurahan Ardirejo, TPA Talangagung dll.
Rudi Santoso, Ketua RW 3, Kelurahan Ardirejo mengungkapkan memang terjadi perubahan sangat menyolok ketika diterapkan manajemen sanitasi masyarakat. Pria yang jadi kader lingkungan ini menyatakan pada tahun-tahun dibawah 2008, warganya banyak yang melakukan aktivitas di Sungai Molek, termasuk mandi hingga BAB (buang air besar). Hal itu otomatis mempengaruhi kualitas air sungai itu. Dari kapasitas 200 KK, yang dilayani awalnya masih 85 KK yang berada di RT 4/RW3 dengan diakomodir metode perpipaan. Sisanya dilakukan secara swadaya oleh masyarakat.
Untuk hidup bersih dimulai dengan adanya jamban-jamban di rumah warga. Dalam tiga unit kamar kecil disambungkan dalam pipa yang diarahkan ke IPAL yang menjadi sanitasi masyarakat yang lokasinya dekat Sungai Molek. Di tiap titik pertemuan pipa juga ada bak kontrol. Ukuran IPAL di lingkungan itu adalah 12 meter x 4 meter dengan kedalamam lima meter. Limbah dari seluruh rumah tangga di RW 3 diarahkan ke IPAL yang berfungsi sebagai pengolah limbah. Sehingga ketika air olahan limbah itu yang mengalir di sungai, kadar bersihnya sudah lumayan. Dengan begitu, kebersihan air Sungai Brantas juga ikut terjaga sesuai dengan baku mutu air permukaan.
“Warga sangat antusias melaksanakan ini karena memiliki kepentingan bersama yaitu menjaga lingkungan serta karena menggunakan satu sumur di kawasan itu,” jelas Rudi. Sebab jika tiap warga ‘berlomba’ membuat septic tank dari sisi kedalaman, dampaknya juga nanti pada air sumur. Sumur galian yang memasok air bersih warga berada di RW 4 itu dibangun pada 2000 dengan kedalaman 28 meter yang bisa dimanfaatkan oleh 400 KK dengan debit pompa sebanyak 4,5 liter per detik. Air itu kemudian dipompa dan ditampung di tandon dan didistribusikan ke warga kawasan itu. Untuk mengoperasikan sanitasi dan air sumur itu, warga per bulan urunan Rp 15.000.
Untuk proses treatment agar hasil output sesuai dengan baku mutu, tiap enam bulan sekali selalu ada uji mutu dengan cara pengurasan, pencucian filter atau bakteri pengurainya. Salah satu filternya adalah ada batu vulkano dalam IPAL itu. Aning (30), salah satu warga RT 3/RW4 menyatakan senang dengan kondisi lingkungan yang makin baik. “Iya, dulu kami melakukan semua di sungai, termasuk buang air besar. Sekarang tidak lagi.,” jelas Aning ditemui di rumahnya. Sanitasi masyarakat pemukiman/perkampungan selain di Ardirejo juga ada di Desa Jatireyoso, Curungrejo, Cempokomulyo dan ponpes di daerah Mojo. Bupati Malang, Rendra Kresna menyatakan konsep sanitasi masyarakat ini sangat bagus karena untuk limbah manusia tidak dibuang begitu saja ke sungai. “Saya bangga sekali Kabupaten Malang dapat penghargaan ini. Bahkan bisa dikembangkan menjadi gas dan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat. Termasuk soal soal pengolahan sampahnya,” ujarnya.
makasih atensinya
BalasHapus