Bunuh Diri Wagir
Senin, 21 Maret 2011 | 19:39 WIB
Minggu, 20 Maret 2011 | 04:14 WIB
Dibaca: 24342
Komentar: 9
SURYA.co.id/STF4 Rustam (49) dan Susanti (39), ditemukan tewas dengan leher terjerat tali tampar plastik warna hijau, di rumah Eni (20), anak dari pernikahan Rustam dengan istri pertamanya, di Dusun Wangkal RT 37/RW11, Desa Bedalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
MALANG, KOMPAS.com — Sepasang suami istri asal Jalan Bandulan, Sukun, Kota Malang, Jawa Timur, ditemukan tewas gantung diri. Mereka melakukan hal itu di tengah prahara pernikahan yang mendapat pertentangan dari dalam keluarga sendiri.
Rustam (49) dan Susanti (39) ditemukan tewas dengan leher terjerat tali tampar plastik warna hijau di rumah Eni (20), anak dari pernikahan Rustam dengan istri pertamanya, di Dusun Wangkal RT 37 RW11, Desa Bedalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
Menurut Kepala Desa Bedalisodo Wagir Ripianto, Rustam sebelum bunuh diri diduga membobol sebagian plafon kamar. Hal itu dia lakukan agar bisa mengaitkan tali penghabisan di kayu rangka plafon.
"Karena kamar dikunci dari dalam, jadi tidak ada saksi yang tahu. Tidak ada juga yang tahu, siapa yang lebih dulu gantung diri," ungkap Ripianto, ditemui di Polsek Wagir, Sabtu (19/3/2011). Peristiwa gantung diri bersama ini terjadi pada Jumat (18/3/2011) malam.
Ripianto ikut sebagai saksi yang mendobrak pintu kamar, dan mengetahui posisi Rustam lebih tinggi dari Susanti. Posisi tubuhnya berdiri menggantung, sementara Susanti ditemukan dalam keadaan duduk.
Dari keterangan Ripianto, pasangan tersebut mendatangi rumah Eni sejak Jumat pagi. Saat itu, Eni yang sedang hamil enam bulan itu seorang diri di rumah lantaran Anton, suaminya, sedang bekerja. Sampai di rumah itu pukul 08.00, keduanya langsung mengurung diri di salah satu kamar.
"Menurut cerita Eni, mereka hanya bilang ingin istirahat, dan tidak mau diganggu," ungkap Ripianto.
Eni tidak menaruh curiga jika orangtuanya tak kunjung keluar hingga malam hari. Ia hanya menduga mereka letih lantaran jarak Desa Bedalisodo dari rumah Susanti di Bandulan, Kota Malang, memang cukup jauh.
Aksi bunuh diri baru terungkap setelah kakak ipar Susanti, Suyitno (49), mendatangi rumah tersebut, pukul 20.30. Tak juga ada jawaban dari dalam kamar, sejumlah kerabat mulai panik. Suyitno pun masuk dengan cara merusak sedikit bagian dari jendela kamar.
Dari peristiwa ini, Polsek Wagir menyita tali tampar plastik, dua pasang sandal, dan KTP atas nama Rustam sebagai barang bukti. Menurut Kapolsek Wagir, AKP Suyoto, keluarga korban menerima kejadian tersebut sebagai murni aksi bunuh diri.
Ia juga menampik adanya unsur pembunuhan dalam peristiwa ini. "Tidak ada tanda luka," ungkapnya.
Ditentang keluarga
Mengapa mereka nekat bunuh diri? Hubungan antara Rustam dan Susanti kabarnya mendapat pertentangan dari pihak keluarga Susanti.
Rustam dan Susanti baru menikah setahun lalu dengan hubungan yang cukup unik. Setelah istrinya meninggal, Rustam menikah lagi dengan Susanti, yang tak lain adalah janda dari Sutaji, kakak kandung Rustam.
Sutaji meninggal tiga tahun lalu dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di kawasan Kacuk, Kota Malang. Mantan sopir di sebuah pabrik rokok yang cukup ternama itu meninggalkan Susanti uang pesangon yang cukup banyak.
Menurut kakak ipar Susanti, Suyitno, Rustam tidak terlalu disukai karena beberapa perilakunya dianggap kurang pantas. Ia sering meninggalkan Susanti berhari-hari tanpa pamit.
Bahkan, ia menduga, hubungan antara Rustam dan adik iparnya itu punya maksud tertentu. "Dia mungkin hanya ingin menguasai uang adik saya," kata Suyitno.
Namun, belum ada satu pun anggota keluarga Rustam yang bersedia menceritakan seputar polemik hubungan pasangan ini.
Sementara itu, Suyitno mengaku sudah merasa tak enak hati saat adik iparnya itu ikut Rustam sejak Jumat pagi.
"Mulanya, adik ipar saya pamit mau ketemu Rustam di jalan. Katanya, Rustam mau mengembalikan motor milik adik saya. Motornya dipinjam sejak 3 Maret," ujar Suyitno, ditemui di rumah duka di Jalan Bandulan, Sukun, Kota Malang.
Mendengar Rustam mengajak adik iparnya itu bertemu di luar rumah, Suyitno mengaku sudah punya perasaan jelek. Untuk itu, ia meminta Susanti agar tak bertemu Rustam seorang diri. Susanti pun akhirnya berangkat diantar adiknya, Dedi.
"Saya sendiri kaget, kok Susanti tidak ikut pulang bersama Dedi ke rumah. Kata Dedi, saat itu Rustam mau mengajak Susanti karena ada yang harus dibicarakan," beber Suyitno.
Perasaan khawatir Suyitno makin menjadi-jadi, apalagi saat ia menghubungi keluarga Rustam di Wagir bahwa suami-istri itu tak ada di sana.
"Pukul 20.30, saya tidak bisa menahan sabar lebih lama. Saya akhirnya ke Polsek Sukun untuk minta ditemani mencari adik saya itu ke Wagir," ungkap Suyitno.
Sampai di Wagir, lanjut Suyitno, beberapa kerabat Rustam awalnya terlihat tidak suka melihat kedatangannya bersama polisi. Namun, mereka akhirnya mengaku juga bahwa sejak pagi, Rustam bersama Susanti mengurung diri di kamar.
"Setelah itu, pintu didobrak, hingga akhirnya terungkaplah peristiwa ini," ujar Suyitno.
Suyitno mengaku tak tahu bagaimana biduk rumah tangga Susanti dan Rustam. Ia mengenal adik iparnya itu sebagai sosok yang pendiam. (Sylvianita Widyawati/Aji Bramastra)
Rustam (49) dan Susanti (39) ditemukan tewas dengan leher terjerat tali tampar plastik warna hijau di rumah Eni (20), anak dari pernikahan Rustam dengan istri pertamanya, di Dusun Wangkal RT 37 RW11, Desa Bedalisodo, Kecamatan Wagir, Kabupaten Malang.
Menurut Kepala Desa Bedalisodo Wagir Ripianto, Rustam sebelum bunuh diri diduga membobol sebagian plafon kamar. Hal itu dia lakukan agar bisa mengaitkan tali penghabisan di kayu rangka plafon.
"Karena kamar dikunci dari dalam, jadi tidak ada saksi yang tahu. Tidak ada juga yang tahu, siapa yang lebih dulu gantung diri," ungkap Ripianto, ditemui di Polsek Wagir, Sabtu (19/3/2011). Peristiwa gantung diri bersama ini terjadi pada Jumat (18/3/2011) malam.
Ripianto ikut sebagai saksi yang mendobrak pintu kamar, dan mengetahui posisi Rustam lebih tinggi dari Susanti. Posisi tubuhnya berdiri menggantung, sementara Susanti ditemukan dalam keadaan duduk.
Dari keterangan Ripianto, pasangan tersebut mendatangi rumah Eni sejak Jumat pagi. Saat itu, Eni yang sedang hamil enam bulan itu seorang diri di rumah lantaran Anton, suaminya, sedang bekerja. Sampai di rumah itu pukul 08.00, keduanya langsung mengurung diri di salah satu kamar.
"Menurut cerita Eni, mereka hanya bilang ingin istirahat, dan tidak mau diganggu," ungkap Ripianto.
Eni tidak menaruh curiga jika orangtuanya tak kunjung keluar hingga malam hari. Ia hanya menduga mereka letih lantaran jarak Desa Bedalisodo dari rumah Susanti di Bandulan, Kota Malang, memang cukup jauh.
Aksi bunuh diri baru terungkap setelah kakak ipar Susanti, Suyitno (49), mendatangi rumah tersebut, pukul 20.30. Tak juga ada jawaban dari dalam kamar, sejumlah kerabat mulai panik. Suyitno pun masuk dengan cara merusak sedikit bagian dari jendela kamar.
Dari peristiwa ini, Polsek Wagir menyita tali tampar plastik, dua pasang sandal, dan KTP atas nama Rustam sebagai barang bukti. Menurut Kapolsek Wagir, AKP Suyoto, keluarga korban menerima kejadian tersebut sebagai murni aksi bunuh diri.
Ia juga menampik adanya unsur pembunuhan dalam peristiwa ini. "Tidak ada tanda luka," ungkapnya.
Ditentang keluarga
Mengapa mereka nekat bunuh diri? Hubungan antara Rustam dan Susanti kabarnya mendapat pertentangan dari pihak keluarga Susanti.
Rustam dan Susanti baru menikah setahun lalu dengan hubungan yang cukup unik. Setelah istrinya meninggal, Rustam menikah lagi dengan Susanti, yang tak lain adalah janda dari Sutaji, kakak kandung Rustam.
Sutaji meninggal tiga tahun lalu dalam sebuah kecelakaan lalu lintas di kawasan Kacuk, Kota Malang. Mantan sopir di sebuah pabrik rokok yang cukup ternama itu meninggalkan Susanti uang pesangon yang cukup banyak.
Menurut kakak ipar Susanti, Suyitno, Rustam tidak terlalu disukai karena beberapa perilakunya dianggap kurang pantas. Ia sering meninggalkan Susanti berhari-hari tanpa pamit.
Bahkan, ia menduga, hubungan antara Rustam dan adik iparnya itu punya maksud tertentu. "Dia mungkin hanya ingin menguasai uang adik saya," kata Suyitno.
Namun, belum ada satu pun anggota keluarga Rustam yang bersedia menceritakan seputar polemik hubungan pasangan ini.
Sementara itu, Suyitno mengaku sudah merasa tak enak hati saat adik iparnya itu ikut Rustam sejak Jumat pagi.
"Mulanya, adik ipar saya pamit mau ketemu Rustam di jalan. Katanya, Rustam mau mengembalikan motor milik adik saya. Motornya dipinjam sejak 3 Maret," ujar Suyitno, ditemui di rumah duka di Jalan Bandulan, Sukun, Kota Malang.
Mendengar Rustam mengajak adik iparnya itu bertemu di luar rumah, Suyitno mengaku sudah punya perasaan jelek. Untuk itu, ia meminta Susanti agar tak bertemu Rustam seorang diri. Susanti pun akhirnya berangkat diantar adiknya, Dedi.
"Saya sendiri kaget, kok Susanti tidak ikut pulang bersama Dedi ke rumah. Kata Dedi, saat itu Rustam mau mengajak Susanti karena ada yang harus dibicarakan," beber Suyitno.
Perasaan khawatir Suyitno makin menjadi-jadi, apalagi saat ia menghubungi keluarga Rustam di Wagir bahwa suami-istri itu tak ada di sana.
"Pukul 20.30, saya tidak bisa menahan sabar lebih lama. Saya akhirnya ke Polsek Sukun untuk minta ditemani mencari adik saya itu ke Wagir," ungkap Suyitno.
Sampai di Wagir, lanjut Suyitno, beberapa kerabat Rustam awalnya terlihat tidak suka melihat kedatangannya bersama polisi. Namun, mereka akhirnya mengaku juga bahwa sejak pagi, Rustam bersama Susanti mengurung diri di kamar.
"Setelah itu, pintu didobrak, hingga akhirnya terungkaplah peristiwa ini," ujar Suyitno.
Suyitno mengaku tak tahu bagaimana biduk rumah tangga Susanti dan Rustam. Ia mengenal adik iparnya itu sebagai sosok yang pendiam. (Sylvianita Widyawati/Aji Bramastra)
-
adi supriadiMinggu, 20 Maret 2011 | 22:23 WIB100% calon neraka. -
Buyung LeungMinggu, 20 Maret 2011 | 21:54 WIBjadi dugaan motif mau menguasai harta pupus dong? kalo udah kejadian gini, gw rasa pihak keluarga cewek dulunya gak nrimo krn kuatir gak kebagian "jatah" pesangon yg gede itu. Kalo bener gini, ARTINYA OTAK FULUS DOANGAN. -
MOHAMAD BAROKMinggu, 20 Maret 2011 | 20:56 WIBTERNYATA CINTA TDK BISA MENDEWASAKAN MEREKA YG SUDAH UZUR. OH..... CINTA DERITANYA TIADA DUANYA........... -
kahar mustafaMinggu, 20 Maret 2011 | 18:06 WIBcinta memang buta nduk............! -
Bambang IndraMinggu, 20 Maret 2011 | 11:44 WIBcerita anak manusia. ikut prihatin.
Komentar
Posting Komentar