Perak Ngajum Capai Selandia Baru


Proses pengerjaan perhiasan perak
 MESKI harga perhiasan perak tidak bakal bisa mencapai sekelas harga emas, tapi nilai estetikanya yang tinggi ketika dihasilkan dari tangan perajin terampil.

Hal ini menjadikan perak memiliki penggemar sendiri. Puguh Pribadi (37) memilih mengaktualisasikan dirinya sebagai perajin perak yang dikerjakan secara handmade. Karena itu hasil yang dibuatnya jadi eksklusif.

“Awalnya terjun sebagai perajin perak justru karena sulit mendapatkan pekerjaan,” cerita Puguh ketika ditemui di rumahnya di Desa Maguwan, Kecamatan Ngajum, Kabupaten Malang beberapa waktu lalu.

Ia diajak bekerja di sebuah perusahaan di JL Prof M Yamin Kota Malang, sebuah home industry selama tiga tahun. Ia memulai banyak belajar dari sana dan kemudian memilih berdikari sejak lima tahun lalu. Ia juga tetap menjalin hubungan baik dengan eks perusahaannya sehingga ia juga tetap dapat order dari tempat itu.

Pemberi ordernya itu lebih banyak memasarkan produknya ke Selandia Baru. “Sejauh ini pesanan lancar. Saya juga dibantu dengan pemasaran online meski masih lewat orang lain,” kata pria kelahiran Ngajum, 23 Maret 1974 ini.

Sempat juga ia mencoba pemasaran ke Bali dan melibatkan lima tenaga kerja. Namun dirasa hasilnya lebih besar jika memenuhi pesanan dari eks perusahaan tempat kerjanya tanpa harus ke Bali. Untuk model-model, ia selalu berusaha mengikuti perkembangan terkini dengan berbagai modifikasinya.

“Untuk memenuhi pasar lokal, menurut saya modelnya biasanya tidak terlalu rumit,” kata bapak dua anak ini. Untuk pasar luar negeri, biasanya pemesan juga sudah mengetahui selera pembelinya yang rata-rata memilih model simple namun elegan.

Terbanyak yang dijual adalah memenuhi pembuatan perhiasan cincin, gelang dan kalung. Untuk cincin perak, harganya sekitar Rp 200.000 hingga Rp 300.000. Biasanya Puguh membeli bahan baku perak yang berbentuk seperti butiran pasir di Pasar Besar Kota Malang. Harga per ons bisa mencapai Rp 900.000.

“Biasanya saya membeli sekitar 3 ons, tergantung banyaknya order,” kisahnya. Untuk satu ons, bisa dijadikan cincin sebanyak lima biji dengan berat berbiji antara 15-20 gram. Ragam pemesannya juga banyak. “Ada yang suka model sederhana, ada yang berkali-kali pesan ke sana untuk membuat model serba Nazi. Model itu tidak dijualnya tapi dikoleksinya,” jelasnya.

Serba Nazi itu diwujudkan dalam cincin, liontin dll. Dari melihat gambar/desainnya, ia sudah bisa mengetahui tingkat kesulitannya. Tapi ia senang mengerjakannya. Alasannya, tiap pengorder memiliki ketertarikan sendiri-sendiri. “Harga perak memang murah, yang mahal itu ongkos pembuatannya dan detil modelnya,”  ungkapnya.

Sebab butiran perak itu harus dilebur dulu dan menghasilkan lempengan-lempengan untuk dipipihkan. Setelah itu dibuatkan sesuai model yang diinginkan. “Senang menekuni profesi ini karena bekerja di rumah dan bisa mengatur waktu sendiri tapi bisa menghasilkan kreasi,” kata Puguh di ruang kerjanya. sylviantia widyawati

Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini