Meja Kerjaku di Foodcourt Matos

Dibanding ngantor yang seminggu sekali buat rapat, saya sering "ngantor" di Matos (Malang Town Square). Mungkin sejak dua tahun terakhir. Meja kerja saya di foodcourt lantai bawah. Awalnya ya berpikir daripada kembali ke rumah dengan perjalanan sekitar 20 menit, mending saya ngetik di Matos. Selain ber AC juga saat pulang sudah tidak mengetik lagi. Awalnya dulu sering sama Hanum, teman saya dari RRI. Biasanya dia sebelum kembali ke kantor sehabis liputan, dia juga ngetik dulu. 

Tapi sejak dia hamil, saya sering sendirian sampai kemudian dia cuti melahirkan dan aktif lagi. Tapi sekarang kadang-kadang saja dia. Soalnya ribet parkir. Apalagi jika membawa mobil. Kalau saya lebih fleksibel karena memakai angkutan umum. Meja kerja saya di Matos random. Tergantung ketersediaan. Bisa dibilang hampir setiap hari kerja saya kesana. Kisaran waktunya juga random. Tapi rata-rata di atas jam 13.00 WIB. Begitu sampai Matos, saya selalu membeli teh Racik. Tapi di tas selalu ada air putih. 

Saya minumnya banyak banget. Untuk menu makan, kadang saya bawa bontot dari nasi kotak pas ada acara. Kadang hanya beli kue pastel prul, kue lumpur atau roti. Saking seringnya kesana, saya kadang sudah gak tau lagi harus beli makanan apa. Intinya asal ada kue dan minuman, saya merasa nyaman. Sebagian besar meja saya dekat kedai Roti O atau di sekitar playground yang sudah tutup dibawah. Saya sering menemui beberapa orang juga mengerjakan tugas di meja foodcourt bawah dengan laptopnya.

Setelah itu, saya rileks sejenak. Lalu mengeluarkan HP untuk transkrip rekaman. Kalau mood bagus, saya transkrip semua rekaman dan tinggal menulis beritanya. Kadang saat di lokasi wawancara, saya selain merekam juga menulis. Ini opsi jika saya sudah malas mendengarkan rekaman. Sebenarnya dengan menulis di buku itu, lebih cepat mengingat dibandingkan merekam saja. Karena dengan melihat catatan itu, saya sudah tahu akan memakai angle tulisan apa. 

Sebisa mungkin saya segera menulis berita yang saya dapat. Menulis berita di fooodcourt bawah relatif nyaman dibanding di atas. Selain itu ada hiburan lagu yang selalu diputar. Semua saya nikmati tanpa gangguan. Dari mall itu, saya bisa menulis dua atau tiga berita. Biasanya saya juga sekalian menunggu anak saya yang bungsu pulang sekolah. Jadi ia mendatangi saya ke Matos. Kadang nyari makan dulu atau minum. Awal-awalnya ia suka menunggu saya. Tapi akhirnya dia bosan ke Matos.

Jadi kalau pulang sekolah, ia hanya chat saya kalau langsung pulang, wkwkw. "Bosen aku Bu. Ibuk lo gak bosen a bendino mrono?" tanya si bungsu. Saya jawab tidak karena sedang mengerjakan tugas saja. "Ntar kalau di rumah, malah pingin tidur," jawab saya. Tapi bukannya saya tidak pernah mengantuk saat menulis berita. Ya sering juga. Tiba-tiba HP saya serasa mau jatuh, wkwkwk.

Kalau sejak awal sudah mengantuk, saya sholat di mushola dulu di Matos. Baru turun ke bawah buat ngetik. Jadi sudah agak segaran. Di Matos biasanya jadi tepat juga menunggu jam live report dari Tribunnews. Saya biasanya ke arah parkiran motor. Saya sering izin dulu ke pak satpam buat zoom sebentar. Setelah itu saya kembali ke meja. Kadang dapat meja lain karena saya sudah meninggalkan meja sebelumnya. 

Teman-teman wartawan lain sudah tahu kebiasaan saya mengetik di mall. Kadang habis liputan diajak barengan dan didrop di depan mall. Kalau tidak buru-buru, jika masih di sekitar UB, saya lebih sering jalan kaki. Menikmati betapa kecilnya Malang dimana masih terjangkau dengan kaki saya. Sedang jam keluar mall saya juga random. Kadang ya sebelum jam 17.00 WIB. Paling panik kalau habis hujan. Sulit dapat ojol. Kalaupun dapat, biasanya agak jauh. Sylvianita Widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Meraup Untung Dari Si Mini