Reuni Tipis-Tipis dengan Teman Sekelas di SMAN 5 Malang

Kadang jika tidak banyak direncanakan, pasti malah jalan. Seperti kegiatan reuni tipis-tipis teman di kelas bahasa SMAN 5 Malang, Sabtu (4/1/2025). Hal ini terpicu dari rencana kepulangan teman kami yang akan kembali ke Palangkaraya, Kalteng. Besok ia akan kembali mengajar di SMPN Satu Atap. Karena masih di Malang, tercetus ngumpul bersama. Di grup WA sampai dibuat voting pilihan tempatnya. Akhirnya kami memilih ke Matos pada Sabtu siang. 

Awalnya Budi sudah sampai di foodcourt Matos dulu. Saya dan dua teman lain juga sama. Akhirnya saya menyarankan ke Ramen di atas foodcourt. Pilihannya selain ramen juga ada nasi. Selain itu tempatnya juga nyaman dan ada tempat duduk juga jika dibandingkan di foodcourt yang sangat ramai. Maklum waktunya jam makan siang. Saya sendiri sudah agak lama tidak ke foodcourt atas. Sebelum bertemu teman-teman, saya pesan teh Racik jumbo Rp 9000. 

Mbak penjualnya kayaknya ingat saya. "Less ice kan?" kata dia. Saya jawab, iya Mbak. Saya pakai QRIS karena tidak ada pengembalian uang. Setelah itu saya bertemu dua teman perempuan saya dan naik ke Ramen atas. Kami melakukan pemesanan dulu sambil menunggu teman-teman lain. Satu persatu datang. Dan paling telat adalah Nur Vidia. Yang tidak terduga adalah datang Santi, kini guru di SMPN 7 Malang. Sambil makan, kami selingi cerita-cerita lalu.

Beberapa teman saya jadi guru bahasa. Baik bahasa Indonesia dan Inggris. Ada juga guru BK. Seperti di angkatan saya, yang jadi wartawan hanya saya, wkwk. Saya condong suka menulis meski saya juga suka bahasa. Rifida jadi guru bahasa Inggris di SMAS di Sidoarjo. Arvi jadi guru seni budaya. Tatit kerja di sebuah OPD di Pemkot Batu. Ada juga yang jadi Bu Nyai. Ada juga yang bisnis. Di saat pertemuan itu, saya juga ngobrol agak mendalam dengan Rifida. 

Bicara soal perjuangan sekolah swasta mendapat siswa, saya ngobrol soal kenapa sudah tidak bisa bikin cerita fiksi lagi sejak jadi wartawan. "Saya sudah gak bisa berimajinasi karena keseringan menulis fakta. Bahkan pernah saya coba rajin membaca novel fiksi agar bisa berimajinasi. Tapi kok malah gak bisa," kataku pada Rifida dan anaknya Cici yang dibawanya ke acara itu. Cici mahasiswa di sebuah kampus swasta di Surabaya. 

"Lo awakmu gak tau gabut a?" guyon Rifida. Aku jawab gak. Kalau gabut, aku tidur. Akhirnya saya tidak pernah membeli novel lagi. Saya suka beli buku lain yang cenderung ke ilmiah, fakta. Kembali lagi ke lingkaran itu. Kembali ke reuni, saya kategori orang jarang ikut reuni apalagi skala besar. Terakhir ikut reuni besar pada 2010 kalau gak salah. Saat itu Facebook lagi booming dan mempertemukan kawan-kawan lama dari SD, SMP dan SMA. Biasanya pertemuan reuni besar diadakan saat libur Lebaran. 

Sedang saya sedang ke Jogja, lebaran di mertua. Kalau pertemuan kecil dengan kelas bahasa sudah beberapa kali. Biasanya ya ke mall atau ke rumah makan. Untuk pemesanan dilakukan sendiri-sendiri dan membayar barengan setelahnya. Sampai ketemu lagi teman-temab di lain waktu. Semoga sehat selalu. Sylvianita Widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Meraup Untung Dari Si Mini