Tentang Kucing-Kucingku di Rumah
Kucing di rumah saya banyak setelah kedatangan kucing hamil yang diberi nama Jeje oleh anak saya. Saya lupa tahun berapa. Mungkin di masa covid. Jeje kucing belang telon. Awalnya rumah saya bebas kucing. Setahu saya, Jeje sering terlihat di rumah tetangga saya dan diberi makan saat saya melintasi rumah tetangga ke pasar. Entah bagaimana, Jeje main ke rumah saya dalam keadaan hamil besar.
Anak saya Jasmine malah bilang ke kucing itu kalau melahirkan anaknya di rumah saya saja. Kucing juga mengerti bahasa kita. Ia melahirkan anaknya di rumah saya. Salah satu yang saya ingat nama anaknya Jeri, kucing jantan. Ia kucing orange. Baru ini saya punya kucing orange. Jeje sebagai ibu kucing sangat baik. Ia menyusui anaknya dan menemaninya. Jarang ia pergi meninggalkan. Untuk kotorannya, kami sediakan pasir di luar/teras.
Jeri dikandang di teras rumah. Kalau ibunya mau menyusui, ia masuk. Ia energik sekali. Di kandang bergelantungan. Kalau anak saya pulang, Rachma, saat itu masih di SMP, ia girang sekali. Loncat sana sini. Sebab kandangnya dibersihkan dan ia bisa bermain di teras ditemani ibunya. Dari Jeje, lahirnya banyak anak kucing. Semua nama anaknya berawalan J. Saya sampai lupa siapa saja.
Selain anak Jeje, datang kucing orange lain. Kita beri nama Jomi. Sampai sekarang Jomi masih ada. Ia baru melahirkan dua anak. Sekarang usia Jomi 4 tahunan. Ia datang juga dalam kondisi masih kecil ke rumah. Ada beberapa kali kejadian seperti itu. Ada anak kucing di depan rumah saya dan akhirnya kita pelihara. Tapi setelah dewasa, ada yang hilang. Mungkin dia tidak tahu jalan kembali.
Agar tahu suasana sekitar rumah, kami juga pernah ngajak jalan-jalan keliling komplek sambil jalan dan digendong. Singkat cerita, anak-anak Jeje meninggal semua. Terakhir dalam kondisi sakit. Rata-rata meninggal di hari Sabtu saat kami semua di rumah. Setiap ada yang meninggal, kami menangis semua. Kuburan kucing kami ya di halaman rumah yang memang masih saya sisakan lahannya.
Semua kucing dari generasi Jeje tinggal di luar rumah/teras. Tapi biasanya sore hari sampai malam masuk di rumah untuk bermain. Mereka suka tiduran di dalam rumah. Setelah anak Jeje mati semua, Jeje kadang-kadang saja di rumah. Tapi ia masih berkeliaran di sekitar gang rumah. Bahkan kami masih mengajak ia makan di rumah jika ia terlihat mencari-cari makan.
Jika ia dipanggil Jeje pun masih mengenali kami. Sampai suatu hari, anak saya cerita melihat Jeje ada di gang lain agak jauh dari rumah tapi masih satu komplek. Ada rasa kehilangan tapi saya yakin ia bertahan. Setelah anak Jeje mati semua, mungkin ada 12 ekor, saya memutuskan tak mau ada kucing di rumah. Tapi tiba-tiba, anak saya adopsi kucing betina. Ibu dan anak.
Saya sempat memarahinya karena membiayai kucing tidak murah. Selain makanan juga pasir, perhatian dll. Saya jengkel banget. Awalnya anak saya janji mau membelikan makanan kucing. Tapi kadang saja. Jad, belanjaan saya di shopee kebanyakan pesan makanan kucing dan pasir. Besarannya ya besar banget. Apalagi mengadopsi kucing perempuan. Kalau sudah birahi berisik banget. Sampai akhirnya saya lepas dan kembali. Tahu-tahu hamil.
Kucing adopsi itu bernama Rumi dan anaknya, Loli. Saat dua ekor saja tidak masalah. Tapi kemudian jadi banyak. Jadi kalau malam ya saya lepas di teras. Tapi kadang ke rumah tetangga sebelah. Komplain karena main di pot bunganya. Juga ada yang masuk ke teras rumah, ada yang berak dll. Saya menduga kucing putih saya. Akhirnya saya putuskan dimasukkan ke rumah.
Tapi ada juga yang kemudian tiba-tiba hilang (dua putih). Sekarang ada delapan ekor. Semua anak Rumi. Rumi mati pada 24 November 2024 karena ada yang menabraknya. Anak sulung saya menemukan di teras ia sedang sekarat. Anaknya masih kecil semua dan menyusuinya. Dari empat anak, hanya bertahan satu kucing yang diberi nama Gembul.
Di hari itu juga, anak Rumi yang besar, Loli mati diracun orang. Ia mati di teras. Saya kira waktu itu ia tertidur. Saya menyesal membiarkan ia keluar. Di rumah, ia juga sudah tak mau merawat anaknya karena sedang hamil muda. Saya kadang mengeluarkan karena mungkin ia bosan di rumah. Tapi ia selalu kembali untuk makan dan tidur. Pagi itu, saya tidak menduga Loli sudah kena racun. Ia berada dekat kardus ibunya. Suaranya serak.
Karena tidak pakai kacamata, saya kurang tahu detil kondisinya. Pas anak-anak pulang, mereka menjerit dan menangis karena kondisi Loli. Saya sendiri waktu itu sakit flu berat. Saya drop. Saya memang sempat keluar ke teras karena mengambil paket. Saat itu saya bahkan membatalkan ikut ke wisuda anak pertama saya. Hari itu sangat berat menerima kenyataan itu. Suami dan anak saya lalu menguburkan ibu dan anak dalam kondisi berpelukan.
Masa berat lainnya adalah mengkondisikan anak Rumi yang masih menyusui. Kami terpaksa membeli susu formula. Rumi ibu yang baik. Ia selalu menunggui anaknya dan menyusui. Kalau lelah, ia tidur di teras. Rumi dan anak-anak terakhirnya itu berada di teras karena di dalam rumah sudah ada beberapa. Jadi sekarang kami memelihara keturunan Rumi dan Loli. Yang menjadi ibu adalah Kiwi, kucing paling dewasa dari anak Rumi.
Tiga anak Kiwi sudah mati karena ia masih bingung merawat anaknya. Tapi dengan air susunya, anak Rumi dan kakaknya akhirnya disusui. Termasuk generasi terakhirnya yang tersisa bernama Gembul. Karena masih dapat susu dari Kiwi, Gembul bertahan.nKucing jantan ini mirip ibunya saat masih muda. Anak saya mengusulkan membuat kandang besar di luar rumah jika saya sudah punya uang.
Jadi di dalam rumah tidak ada kucing lagi. Saya juga masih trauma dengan kasus kucing mati diracun itu. Anak saya sudah saya minta cek CCTV tapi tidak tega jika menemukan fakta. Sejujurnya, saya juga kasihan dengan kucing-kucing itu. Anak-anak merasa terhibur dengan mereka. Tapi pengeluaran saya juga ya ampun banyaknya.
Kalau pagi hari saya bangun, mereka sudah menunggu di depan pintu kamar. Pagi hari, mereka makan wet food dan ada dry food di rumah. Apa kalian yang punya peliharaan kucing seperti saya juga? Oh ya, anak saya bergantian membersihkan kotorannya. Saya hanya mau memberikan makannya. Sylvianita Widyawati
Komentar
Posting Komentar