Manami Belajar Bahasa Indonesia di Malang

Saya dikenalkan Manami Suzuki (19) oleh Prof Suyoto dari Universitas Kanda. Saat itu, saya menyatakan ingin membuat profil salah satu mahasiswa Jepang yang mengikuti kegiatan belajar budaya dan Bahasa Indonesia di Indonesian Studies Program (ISP) STIE Malangkuceswara, 16 Februari 2016 lalu,

Akhirnya bertemu dengan Wulan, panggilan Manami saat di Malang. Ia datang bersama 13 mahasiswa Jepang lainnya.  Mereka berada di Malang mulai 16 Februari 2016 sampai 10 Maret 2016. Manami berbahasa Indonesia sudah lumayan. Ternyata anak pertama dari dua bersaudara ini merupakan anak pasangan Jepang-Indonesia. 
Prof Suyoto dan Manami Suzuki saat di Malang

Ibunya dari Solo. Ayahnya berasal dari Jepang. Meski begitu, menurut mahasiswa semester 2 di Universitas Kanda Jepang Jurusan Bahasa Asia program Bahasa Indonesia, dirinya ingin belajar Bahasa Indonesia yang baik.

"Saya bisa Bahasa Indonesia, tapi ingin belajar bahasa yang baik dan benar," jelas gadis ini. Katanya, untuk bicara Bahasa Indonesia bisa. Tapi masih belum bisa mengerti saat baca buku dan surat kabar.

"Ibu saya orang Solo dan menikah dengan ayah saya, orang Jepang," kata Wulan yang didampingi Prof Suyoto dari Universitas Kanda. Ibunya adalah Titik Nurhayati (46) dan ayahnya Suzuki Toshimasa (50). 

Ayahnya pernah bekerja di Indonesia. Sehingga ia dan adiknya lahir di Indonesia. "Saya lahir di Bekasi timur. Adik saya lahir di Solo," katanya. Wajah Manami mewakili perpaduan wajah ibu dan ayahnya. Namun terlihat khas Indonesianya. Kulitnya bersih khas Jepang. "Ke Indonesia seperti mengobati kangen. Terakhir saya ke Indonesia pada Agustus 2015," terangnya. Di rumahnya di Jepang, ia berkomunikasi dengan ibunya dalam Bahasa Indonesia. Sedang dengan ayahnya berbahasa Jepang. Jika bertemu neneknya di Solo, ia mengerti Bahasa Jawa namun tidak terlalu bisa berbahasa Jawa.

"Ayah saya di rumah juga senang Bahasa Indonesia," ungkap gadis kelahiran 29 Juli ini. Ibunya juga kerap memasak Indonesia karena ayahnya suka meski memakai bumbu instan. Seperti membuat soto ayam dan rendang. "Kalau sambel, saya nggak suka," jawabnya. Ia senang di Indonesia karena orangnya ramah. Berbeda di Jepang, orangnya kaku dan individual. Keluarga Manami adalah muslim.

"Ibu saya berpesan selama di Malang jangan lupa sholat ya?" Ujarnya menirukan pesan ibunya sebelum berangkat ke Malang. Ditanya soal cita-citanya dengan kemampuan Bahasa Indonesianya kelak, ia mengaku masih bingung.
"Apa ya? Saya masih bingung," kata Manami sambil tertawa. Ia bilang tidak masalah nanti bekerja di Jepang atau Indonesia. sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini