Masuk Kelas Jurnalistik (lagi)
Pada 25
Januari 2016, saya mengikuti pelatih
kelas jurnalistik. Selama 10 hari saya berada di Surabaya. Dari Biro Malang, hanya saya yang berangkat. Entah dengan pertimbangan apa. Saya menyikapi positif . Saya ada kesempatan belajar lagi di kelas dan di lapangan.
Mengerjakan kegiatan jurnalistik adalah kegiatan sehari-hari. Namun saya tidak ingin jatuh kepada rutinas. Ada kelas seperti ini merupakan bentuk perhatian perusahaan untuk update ke jurnalisnya.
Meski saya mendengar bisik-bisik tidak nyaman. Ngapain sih ikut? Ya saya ikut karena ada surat dari kantor. Kedua, saya pakai itu sebagai belajar lagi. Meski agak berat meninggalkan anak-anak untuk ke Surabaya.
Beginilah kalau ibu yang pergi lama. Harus 'merning-merning' semua kebutuhan anak selama seminggu. Sebab libur saya hanya pada hari Minggu.
Rasanya ketika berangkat, pikiran saya sudah tidak di pekerjaan. Tapi setelah sampai di Surabaya, saya bisa konsentrasi.
Bersama teman-teman di kelas jurnalistik |
Rasanya ketika berangkat, pikiran saya sudah tidak di pekerjaan. Tapi setelah sampai di Surabaya, saya bisa konsentrasi.
Ini karena anak anak kemudian bisa menerima. Ibu saya juga menjaga mereka. Hari pertama masuk kelas, saya mendapati
beberapa teman lama. Selain itu ada sembilan teman baru. Mereka adalah wartawan baru dari rekrutmen terakhir.
Meski saya
sudah lama berkeciumpung di jurnalistik, namun mengikuti kelas lagi serasa ada
semangat baru. Teman-teman baru saya
dari beragam latar belakang. Ada yang pernah bekerja di media. Ada yang baru
sama sekali. Namun mereka sudah pandai menulis.
Tetapi
menjadi jurnalis tidak hanya pandai menulis. Harus diimbangi dengan
pengetahuan. Ini berguna ketika kita berada di lapangan. Bertemu dengan beragam
narasumber membuat kita harus banyak wawasan.
Dibandingkan
dengan kelas yang pernah saya ikuti tiga tahun lalu, sekarang berbeda. Setelah
teori di kelas, kami kemudian ke lapangan untuk praktik.
Berikutnya menuliskan hasilnya untuk dievaluasi. Setiap hari seperti itu.
Hari ke 10 di kelas. Eh, malah jadi enggan berpisah |
Berikutnya menuliskan hasilnya untuk dievaluasi. Setiap hari seperti itu.
Contohnya
membuat berita menarik namun dengan tata bahasa yang benar. Saat pembahasan hal
itu di kelas, beberapa jam tidak terasa. Semua menyimak meski agak ngantuk,
ha..ha. Maklum saja. Tiap hari masuk
kelas jam 09.00 WIB dan keluar kelas pukul 21.00 WIB.
Bagi saya pribadi,
di kelas itu menjadikan kenal dengan karakter teman-teman. Khususnya yang baru.
Kami memungkinkan dekat karena selama 10 hari berada di kelas yang sama. Jika
sedang istirahat, sambil makan siang/sore, biasanya saling bertukar cerita.
Selain itu,
kami dibuatkan kelompok. Dari tugas kelompok, kami bisa saling mengetahui sifat
dan karakter. Tujuannya adalah bisa
bekerja secara tim. Namun kadang masih ada yang ingin individual.
Selama di
Surabaya, saya dan beberapa teman tinggal di hotel. Namun karena padatnya
kegiatan, akhirnya pulang ke hotel tinggal tidur. Kegiatan pagi hari sebelum
sarapan pagi adalah mengerjakan tugas
membuat catatan.
Tugas
membuat diary itu kemudian dibacakan di kelas. Setelah selesai mengerjakan PR, saya
sarapan. Berikutnya berangkat ke kantor. Kadang saya
bareng teman. Kadang saya naik gojek. Meninggalkan Surabaya setelah 10 hari di
sana, saya jadi ingat pengantar gojek.
Saat itu, uang saya Rp 50.000. dari
hotel saya menginap di Sahid Gunawangsa di Jl Menur ke Jl Rungkut Industri,
bapak itu tidak memiliki uang kembalian.
Saya
akhirnya hanya diminta membayar Rp 10.000. “Sudah nggak papa, Bu. Nanti kan
ketemu lagi,” kata dia.
Duh, rasanya nggak enak. Sejak itu, saya tidak pernah
bertemu lagi. Karena saya pindah ke hotel lain di pusat kota. Pengendara
gojeknya juga berbeda. Sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar