Bandara Abd Saleh Berstatus Semi Sipil
Suasana di ruang terminal penumpang yang baru |
Investasi Untuk Bandara Abd Saleh 2005-2011
APBN : Rp 87 miliar
APBD Provinsi Jatim : Rp 30 miliar
APBD Kab Malang : Rp 22 miliar
Pemkot Malang dan Pemkot Batu : Masih berjanji berinvestasi
Sumber: Dishub dan LLAJ Provinsi Jatim
Maskapai penerbangan:
Sriwijaya Air, Garuda Indonesia, Batavia Air (Malang-Jakarta PP) —Boeing 737/200
Wings Air (Malang-Denpasar)—ATR 72-500
Jika selama ini pengguna moda transportasi udara dari Malang yang ingin bepergian ke Jakarta dan Bali terbiasa berada base operasi TNI AU Lapangan Udara Abdulrachman Saleh, maka mulai hari ini, Jumat (30/12), para penumpang pesawat terbang harus ke terminal baru. Hal ini karena Bandara Abd Saleh telah berstatus bandara semi sipil setelah melewati serangkaian verifikasi dari Ditjen Perhubungan Udara Kementrian Perhubungan. Masa uji coba dilakukan hingga pertengahan Januari 2012 nanti dan setelah itu, rencananya akan diresmikan oleh Presiden SBY.
Meski sudah memiliki sejumlah fasilitas bandara semi sipil, namun untuk operasionalnya masih ada yang menggunakan peralatan milik TNI AU. Yang utama tenttu saja landasan pacu, ATC (Air Traffic Control), personel dll. Pintu masuk bandara semi sipil baru yang dikelola oleh Pemprov Jawa Timur berada sebelum pintu masuk kawasan Lanud Abd Saleh. Sejumlah kenyamanan berusaha diberikan oleh pengelola bandara sambil melakukan perbaikan-perbaikan selama masa uji coba ini. Yang jelas, ketika masih bandara masih berada di kawasan base ops militer, calon penumpang yang sudah terbiasa dengan penjagaan personel TNI AU, kini sudah tidak ada lagi.
”Untuk penjagaan, kita tidak menggunakan personel militer lagi. Tapi memakai aviation security (avsec). Kalau memakai militer, bukan bandara semi sipil dong,” celetuk Mayor Teguh Susilotomo, Kepala UPTD Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur Bandara Abd Saleh Malang, Kamis (29/12). Begitu masuk bandara kelas II ini, memang ada semacam pos yang mungkin nanti akan ditempati oleh sekuriti. Jalam masuk menuju bandara berisi dua jalur sudah beraspal hotmix mulus. Di kawasan itu sudah ada kantor UPTD, ruang genset sebagai antisipasi jika lampu dari PLN mati juga telah dibangun tempat serapan air. Pusat kegiatan utamanya adalah terminal penumpang yang memiliki luas 1.020 m2.
Ruang tunggu penumpang bisa menampung sebanyak 250 orang. Sementara biasanya tiap kali penerbangan, bisa menampung 125 penumpang. Di ruang tunggu itu selain sudah diberi AC juga ada beberapa TV. Ada juga konter-konter penjualan tiket. Di terminal itu dilengkapi banyak toilet-toilet untuk penumpang dan di area publik. Ruang tunggu ini jauh lebih nyaman dibanding di bandara lama yang terlalu sempit karena tidak semua masuk bisa masuk ruang tunggu. Sehingga kadang harus menunggu di luar meski tetap disediakan tempat duduk. Hal ini karena animo menggunakan pesawat terbang, terutama untuk rute Malang-Jakarta cukup tinggi. Saat ini saja sudah beroperasi tiga maskapai penerbangan untuk rute tersebut yaitu Garuda Indonesia, Sriwijaya Air dan Batavia dengan tujuh flight. Sementara untuk rute Malang-Denpasar baru diterbangi satu operator yaitu Wings Air.
Tampak depan Bandara Abd Saleh Malang |
Sementara untuk apron atau tempat parkir pesawat mampu menampung empat pesawat. Sedang di bandara lama, apronnya hanya untuk dua pesawat. ”Penumpang yang akan naik pesawat juga tidak perlu berjalan terlalu jauh karena dari terminal penumpang, tempat mendaratnya pesawat sangat dekat,” ungkap perwira TNI AU ini. Sedang untuk parkir kendaraan, juga sangat banyak. Mungkin bisa menampung lebih dari 500 mobil. ”Kalau yang di bandara lama, untuk mencari tempat parkir saja susah,” celetuk Wahid Wahyudi, Kadis Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jatim yang melihat kesiapan bandara semi sipil menjelang dioperasikan pada Selasa (27/12) lalu.
Begitu ketemu jadwal masa uji coba, sudah dilakukan sejumlah boyongan. Termasuk pemindahan X-Ray dan conveyor dll. Begitu juga taksi-taksi bandara. Menurut Teguh, dua alat itu juga dikalibrasi ulang karena telah dilakukan pergeseran. Seluruh maskapai penerbangan juga telah diberi surat resmi terkait boyongan ke bandara baru itu dengan harapan para calon penumpangnya bisa memulai aktivitas penerbangan pada Jumat pagi ini. ”Fasilitas akan terus ditambah sambil berjalan. Seperti sekarang sedang dibangun gedung keberangkatan yang diharapkan selesai pada tahun depan,” ujar Teguh.
Sehingga sementara untuk terminal penumpang dipakai dua fungsi yaitu keberangkatan dan kedatangan namun dipisahkan. Begitu juga untuk tempat duduk para penjemput juga masih terbatas. Selain itu juga akan dibuat gedung VIP. Selama di bandara semi sipil tidak ada, maka masih akan memakai fasilitas gedung VIP di Lanud Abd Saleh jika ada tamu penting datang. Bandara Abd Saleh adalah satu-satunya bandara yang dikelola oleh Pemprov Jatim Cq Dinas Perhubungan dan LLAJ Provinsi Jawa Timur.
Dengan perkembangan pesat di Bandara Internasional Juanda, Bandara Abd Saleh diharapkan bisa menjadi alternatif calon penumpang. Apalagi pasca meluapnya lumpur Lapindo di Sidoarjo membuat calon penumpang malas ke Juanda meski tetap ada yang ke sana karean jumlah flightnya lebih banyak dibanding jika dari Malang. Awal dibukanya penerbangan sipil di Lanud Abd Saleh sebenarnya dimulai pada 1994 lalu yang pengelolaannya dilakukan oleh Kanwil Departemen Perhubungan Provinsi Jawa Timur bersama TNI AU. Waktu itu menggandeng PT Merpati Nusantara Airline dengan menggunakan pesawat Fokker 28. Tapi karena load factor penumpangnya minim, akhirnya pada 1997 resmi ditutup.
Tapi pada 2005, diprakarsai oleh Gubernur Jawa Timur Imam Utomo pada waktu itu bersama tiga kepala daerah di Malang Raya, Lanud Abd Saleh dibuka lagi pengoperasiannya oleh Pemprov Jatim. Pioner penerbangan waktu itu adalah Sriwijaya Air dengan satu kali penerbangan dan kemudian kini menjadi tiga kali penerbangan. Dalam perkembangannya kemudian masuk Garuda Indonesia dan Batavia Air. Rute Malang-Denpasar sebelum dijelajahi oleh Wings Air, sempat dipegang sebuah operator penerbangan meski sifatnya adalah pesawat carter. Keberadaan bandara semi sipil itu juga sempat menimbulkan harapan untuk bisa dijadikan tempat embarkasi haji yang sempat diwacanakan oleh Walikota Malang, Peni Suparto dan Bupati Malang, Rendra Kresna namun nampaknya masih perlu waktu lagi karena penambahan fasilitas-fasilitas juga masih terus disempurnakan karena anggarannya juga cukup besar. Sebab untuk saat ini saja menggunakan tiga sumber pendanaan dari APBN, APBD Provinsi Jatim dan APBD pemerintah daerah di Malang Raya.
Ia menyarankan pada pengelola bandara agar nanti melengkapi tempat itu dengan TV monitor yang bisa memberikan informasi soal kedatangan dan keberangkatan penumpang. ”Kalau ada delay pesawat, antara penumpang dan penjemput juga jadi tahu. Namun ini bisa ditambah sambil berjalan nanti ya,” ungkapnya. Kendaraan pribadi, taksi, kendaraan hotel atau bus pariwisata yang mengangkut penumpang juga terlihat sudah familiar dengan kondisi bandara yang baru. Mereka menurunkan tepat di depan terminal pernumpang dan langsung mengarah ke tempat bagasi, kemudian masuk ke ruang tunggu penumpang.
”Penumpang saya juga nyaman dengan bandara yang baru ini. Di bandara ini hawanya sejuk dan pemandangannya bagus sekali,” komentar M Yusri, Distrik Manajer Sriwijaya Air (SA) yang berada di lokasi untuk melihat uji coba fasilitas bandara baru itu. Pesawat SA mendarat di Abd Saleh pada pukul 08.10 WIB membawa 140 penumpang dan berangkat lagi ke Jakarta pada pukul 08.30 WIB dengan 119 penumpang. Sekitar pukul 10.30 WIB, giliran penumpang Garuda Indonesia mendarat di bandara dengan mengangkut penumpang cukup banyak. Danlanud Abd Saleh, Marsma TNI AU Dwi Putranto juga datang ke lokasi bandara baru dengan memakai seragam olahraga birunya.
”Bandaranya lebih representatif, parkirnya luas dan mempunyai jalan masuk sendiri. Selain itu, yang penting tidak diperiksa tentara lagi. Saya punya harapan, bandara ini bisa berkembang lebih baik lagi,” komentar Dwi Putranto didampingi Kepala UPT Bandara Abd Saleh, Mayor Teguh Susilotomo. Katanya, sementara dengan tujuh penerbangan kali penerbangan pesawat komersil dinilai masih cukup karena pada tahun depan Lanud Abd Saleh juga menambah 100 unit pesawat tempur baru yang harus sering latihan.
Soal keberadaan ILS (instrument landing system) dinilainya juga sangat perlu agar pesawat bisa mendarat dengan aman. ILS di tempat itu pada 2006 rusak, namun kata Dwi Putranto pada 2008 sebenarnya sudah ada pengadaan baru tapi tidak sampai dipasang karena belum diverifikasi. ”Sementara ya..pakai VOR dan papi, semacam lampu di landasan. Kalau cuaca bagus, papi bisa terlihat. Kalau cuaca mendung, susah terlihat,” paparnya.
Kata Yusri, jika ILS ada, maka pihaknya siap terbang pagi mulai pukul 07.00 WIB dengan asumsi pesawatnya bisa menginap di bandara itu karena datang sore atau malam hari. ”Jadi yang urusan bisnis ke Jakarta bisa berangkat pagi dan mungkin langsung balik sore karena tidak harus menginap ke Jakarta,” ujarnya. Di bandara itu juga sudah dilengkapi tempat karantina ikan, hewan dan tumbuhan dari Kementrian Pertanian serta Kementrian Perikanan dan Kelautan. ”Lumayan sudah dapat konter sendiri. Di bandara lama kita biasanya numpang-numpang ke teman-teman yang lain,” cerita Fahrur Rozi.
Dengan adanya tempat karantina/pemeriksaan untuk ikan, hewan dan tumbuhan, maka kargo-kargo yang memuat hal-hal itu bisa diperiksa. ”Biasanya merupakan sample-sample ikan seperti dari Pantai Sendangbiru atau Blitar. Tapi animo pengiriman kargo masih tidak terlalu banyak. Mungkin karena khawatir pesawat delay atau apa karena jumlah penerbangan dari Malang kan sedikit,” ujarnya. Sementara para sopir taksi di bandara mengaku juga senang dengan keberadaan bandara baru. ”Lebih luas. Tapi warung-warungnya tidak ada. Kita akhirnya beli nasi bungkus dulu dari luar,” cetus Rukun, sopir taksi bandara yang diamini teman-temannya. vie
Sebagai orang malang yang sudah lama merantau, jadi ingin menikmati bandara barunya...
BalasHapus