Wendit Minim Biaya Pemeliharaan
Taman Wisata Air Wendit yang berada di Desa Mangliawan, Kecamatan Pakis, Kabupaten Malang kondisinya memprihatinkan. Hal ini karena minim untuk anggaran perawatannya. Bagian atap tenda yang terpasang untuk berteduh pengunjung sudah tidak ada lagi. Kalaupun ada atapnya, tapi ada yang robek. Pada wahana air tumpah bahkan ditumbuhi lumut. Sedang di bagian bawah kolamnya seperti kehijau-hijauan. Ratna Nurhayati, Kadis Kebudayaan dan Pariwisata Kabupaten Malang yang membawahi pengelolaan Wendit tidak menutup mata dengan kondisi itu.
”Iya memang begitu adanya. Anggaran untuk perawatan memang turun sedikit,” kata Ratna disela kegiatan sidak Komisi A dan C DPRD Kabupaten Malang di Wendit, Kamis (19/1). Namun ia tidak bersedia menyebut berapa jumlah dana perawatan untuk Wendit. Sementara Nila Rahmawati, anggota Komisi C ketika melihat wahana waterboom juga prihatin dengan kedalaman kolamnya yang hanya 40 cm. Padahal papan luncurnya cukup tinggi. ”Wah..kalau seperti ini kan kasihan pengunjungnya,” komentar Nila yang sampai mencoba turun ke kolam waterboom. Padahal wahana ini sekarang paling laris di Wendit dengan harga tiket Rp 17.500/orang.
Anggota dewan melihat dengan keterbatasan curahan dana perawatan itu, maka Wendit yang dibangun dengan APBD lebih dari Rp 50 miliar itu secara multi years itu seperti sulit untuk bersaing dengan objek wisata lainnya.
Waterboom yang 'cetek' mengurangi kenyamanan pengunjung |
”Ya sayang saja dengan kondisinya,” komentar Imam Syafii, Wakil Ketua Komisi C DPRD Kabupaten Malang. Katanya, dalam kelolaan berbentuk UPTD, memang memiliki keterbatasan. ”Uang yang didapat dari penjualan tiket harus disetorkan 1x 24 jam ke kas daerah. Tapi jika ada apa-apa seperti untuk perbaikan harus mengajukan dulu ke dinas, lewat RKA (rencana kerja anggaran). Sehingga kebutuhan yang bersifat sewaktu-waktu sulit dilakukan,” jelas Imam Syafii.
Karena itu, sejak beberapa tahun lalu ia sudah menawarkan ke Pemkab Malang untuk menjadikan Wendit sebagai BLU (Badan Layanan Umum) agar Wendit bisa mengelola pendapatannya untuk berbagai keperluannya sendiri dengan cepat. Misalkan meningkatkan anggaran perawatannya, perbaikan-perbaikan di wahana dll. Kata politisi dari PKS ini, opsi menjadi BLU paling tepat karena masalah gaji pegawai masih dibiayai APBD. ”Kalau jadi BUMD, Wendit malah berat. Nanti seperti PD Jasa Yasa yang hasilnya banyak untuk gaji pegawai,” tutur Imam. Menurut Imam, BLU Wendit nantinya bisa langsung dibawah kepengawasan bupati, seperti RSUD Kanjuruhan Kepanjen atau dibawah dinas sehingga tetap ada pelaporannya.
Dua tenaga kontrak yang mengadu ke dewan |
Dijelaskan Imam, sudah sejak dua tahun ini, Wendit tidak bisa memenuhi target PAD-nya yaitu Rp 4 miliar. Pada 2011 hanya menyetorkan Rp 3 miliar. ”Kalau nanti jadi BLU, target pendapatan Rp 4 miliar dengan kondisi seperti sekarang saya rasa masih wajar,” ungkapnya. Pemkab Malang merencanakan BLU Wendit harus selesai pada Juni nanti. ”Meski sudah jadi BLU, tapi harus dievaluasi tiap tahun,” katanya. Kunjungan anggota dewan itu di waterboom dimanfaatkan dua tenaga kerja harian yaitu Rita dan Rima untuk mengadukan nasibnya kepada Syuhada, anggota Komisi A. Mereka juga sudah mengaku ke Disnaker dan Transmigrasi Kabupaten Malang. Mereka merasa nasibnya masih menggantung. Menurut mereka, diberhentikan tidak apa asal prosedural agar tidak menimbulkan beban mental kepada mereka. vie
Komentar
Posting Komentar