Yuk..Wisata Petik Jeruk Baby Manis di Dau



Jeruk manis produksi petani di Kecamatan Dau, Kab Malang
Wisata petik jeruk baby manis diminati karena bisa memetik jeruk sendiri di lokasi. Selain itu juga bisa langsung memakannya di kebun tersebut,

Yang datang adalah mereka yang ingin refreshing melepas kepenatan atas kegiatan keseharian mereka.

”Tak hanya para siswa, tapi juga para guru selain masyarakat umum,” jelas Suwaji, petani jeruk Desa Selorejo, Kecamatan Dau, Kabupaten Malang, Kamis (5/1).

Di wilayah Dau, lahan yang ditanami jeruk sebanyak 740 hektare. Namun untuk pengelolaan wisata petik jeruk baby dalam kelolaan gapoktan Mitra 2. Untuk masuk ke lokasi wisata itu perlu membayar Rp 10.000/orang dan bisa menikmati empat buah jeruk di lokasi.

Wisata ini sudah dipopulerkan para petani jeruk itu sejak tiga tahun lalu. Model wisata ini juga menjadi salah satu andalan Kabupaten Malang untuk menarik wisatawan. ”Hasil yang diperoleh dari tiket masuk wisata jeruk, nantinya dibagikan kepada para petani dan pemandu wisatanya,” ujar Suwaji. Hal ini karena lahannya cukup luas dan dimiliki banyak petani,

Namun ia memastikan tidak pilih kasih dalam memberikan kesempatan kepada petani agar lahannya bisa dikunjungi wisatawan. Alasannya karena ada kriterianya seperti tidak habis disemprot peptisida, memiliki gubuk serta pada lahan yang dikunjungi ada jeruk yang siap dipanen/diambil.

”Dengan konsep itu, maka ada agrowisata yang bisa dikunjungi. Untuk anak-anak sekolah, dengan kegiatan kunjungan seperti ini biasanya dikaitkan dengan pelajaran IPA,” jelas pengusaha ini.  Jeruk baby manis/baby java/baby valensia itu hanya ditanam di Dau dan melayani kebutuhan pasar seperti di Bandung, Surabaya, Solo, Bali hingga Jakarta. 

”Jakarta merupakan kota pengiriman terbanyak,” katanya. Malah, lanjut Firmando Matondang,Camat Dau,  jeruk baby manis ini di supermarket-supermarket di Jakarta diberi brand dengan nama jeruk Israel yang bisa mengontrol harganya. Padahal di tingkat petani, harga jeruk baby manis hingga Rp 3.500 per kg.

Namun biasanya bisa mencapai Rp 5000 per kg. Pengaruh cuaca akhir-akhir ini tidak menentu membuat produksi jeruk ini tidak stabil meski selalu saja ada yang panen karena tidak berbuah serentak. ”Dulu setahun dua kali bisa ada panen raya yaitu mulai April hingga September. Tapi sekarang tidak lagi. Sering hujan juga berpengaruh pada pertumbuhan bunga jeruk,” ungkap Suwaji. sylvianita widyawati

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini