Apel Poncokusumo Kalah Bersaing Dengan Apel Batu
Apel Poncokusumo siap dijual ke konsumen |
Sehingga pembeli umumnya masih membeli apel Batu. Meski sudah bukan rahasia lagi, kadang klaim apel Batu juga diambilkan dari membeli apel Poncokusumo.
“Dari sisi ketinggian, di Poncokusumo lebih tinggi dibanding Batu. Sehingga dari taste nya agak berbeda,” jelas Hari Siswoyo, salah satu petani asal Desa Gubuk Klakah, Kecamatan Poncokusumo, Kabupaten Malang, Senin (12/9).
Namun pihaknya tak bisa ‘melawan’ pasar itu, selain tetap setia memasarkan apel Poncokusumo ke sejumlah daerah.
Menurutnya, untuk Malang Raya, animonya justru kurang besar.Tapi beda dengan pasar untuk Jawa Tengah dan Jogjakarta.
Sehingga produksi apelnya dilempar ke provinsi itu. Saat ini harga apel Poncokusumo di tingkat pedagang mencapai Rp 5.000 per kg. Harga ini masih stabil. Tapi pernah juga anjlok mencapai Rp 2.500 per hingga Rp 3.000 per kg.
Namun juga pernah mencapai nilai tertinggi yaitu Rp 8.500 hingga Rp 9.000 per kg ketika datang musim hujan, sementara pasokan apel sangat dibutuhkan. “Saya sebenarnya ingin ada subsidi harga dari pemerintah dibanding subsidi pupuk. Sejak dulu saya ingin memperjuangkan ini. Tapi tidak pernah terjadi,” ungkap Hari.
.
Apalagi, sambung Hariyanto, petani yang lain, harga apel impor juga di pasaran sudah murah sehingga di satu sisi juga memukul petani apel lokal karena harganya lebih mahal. Namun ia bersyukur, tetap ada celah pasar untuk apel Poncokusumo.
Pihaknya memasarkan ke Jogjakarta dan Jawa Tengah dan sebagian kecil ke Malang Raya. Sementara pengaruh debu dari Gunung Bromo dan Semeru memberi efek positif bagi lahan apel untuk menetralkan bahan kimia dari pupuk secara alami. “Tanaman pasti juga lebih subur,” ungkap Hari.
Namun ia memastikan lahan apel milik keluarga tidak dicemari pupuk kimia karena lebih condong memakai pupuk organik, termasuk memanfaatkan kompos di sekitar kebun mereka. “Jadi, selama 40 tahun, tanaman apel selalu tumbuh.Bandingkan jika memakai pupuk kimia. Produksinya memang banyak pada awalnya, namun untuk mengembalikan kesuburan tanah lagi, butuh waktu bertahun-tahun karena sudah tercemar zat kimia,” papar Hari. sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar