Menyerap BSR Sesuai Kebutuhan Daerah
Bersama teman-teman di Klub Bunga, Batu |
Setiap tahunnya, perusahaan selalu melakukan kegiatan membagikan keuntungannya dalam bentuk tanggungjawab sosial atau yang sering disebut dengan corporate social responsibility (CSR). Adanya CSR sangat membantu warga di sekitar, apalagi jika yang dilakukan tersebut untuk kepentingan warga itu menjadi lebih baik lagi kondisinya. Sebagaimana perusahaan lain, Bank Indonesia juga melakukan itu dalam Bank Indonesia Social Responsibility (BSR) di wilayah KBI Malang beberapa waktu lalu. Tercatat seperti pemberian CSR sebanyak Rp 1 miliar untuk sebuah Desa Tulungrejo, Kecamatan Ngantang, Kabupaten Malang pada 2008 silam sebagai pengembangan desa terpadu yang kemudian diberi nama ‘DESA KITA’.
Selain pengembangan ternak, BSR lewat kegiatan itu adalah dengan melakukan pembuatan kandang sapi terpadu juga bisa meningkatkan peternak serta memperhatikan kebutuhan warganya yang lain. Namun BSR ini juga tidak melangkah sendiri, namun juga menggandeng pemerintah daerah setempat, dalam hal ini Pemkab Malang sebagai bentuk kemitraan. Sehingga ada kegiatan yang dilakukan bersama seperti rehab berat gedung SDN Tulungrejo I yangdilakukan Pemkab Malang, rehab TK Dharma Wanita oleh BI, pembangunan gedung polindes oleh BI, rehap kantor Gapoktan oleh Pemkab, pengerasan jalan makadam oleh pipanisasi air bersih oleh Pemkab Malang dan pembangunan jembatan oleh Bank Indonesia.
Dari contoh kegiatan BSR seperti yang dilakukan di Kabupaten Malang ini juga bisa menjadi model yang bisa dikembangkan oleh daerah lain dimana Kantor Bank Indonesia (KBI) berada. Terutama jika BSR yang disalurkan cukup besar dengan cara menggandeng pemerintah daerah setempat sehingga bisa menyalurkan anggaran sesuai dengan kebutuhan daerah. Bagi daerah sendiri, adanya CSR seperti ini menjadi stimulan tersendiri sebenarnya bagi pembangunan di daerah itu. Hal ini mengingat APBD di tiap daerah meski besar, namun biasanya lebih dari 50 persen terserap untuk belanja pegawai. Sehingga anggaran untuk pembangunan langsung, kalaupun ada sangat terbatas.
Di wilayah Kabupaten Malang sebagai salah satu wilayah kerja KBI Malang saat ini juga sedang getol memanfaatkan CSR perusahaan untuk memenuhi kebutuhan daerahnya. Harapannya agar apa yang dilakukan dalam CSR itu bisa dimanfaatkan langsung oleh masyarakat. BSR yang dilakukan oleh BI di Kecamatan Ngantang pada waktu itu termasuk mendapat pujian dari kepala daerah Kabupaten Malang karena ada sinergitasnya. Sehingga ketika memutuskan sebuah kegiatan, kedua belah pihak bisa saling memberikan dukungan seperti menggerakkan warga untuk melaksanakan kegiatan itu.
“Kami sendiri saat ini sedang mendata CSR perusahaan-perusahaan yang ada di Kabupaten Malang. Namun mereka tetap akan melaksanakan kegiatan sendiri. Tetapi jika ada koordinasi akan lebih baik jika disesuaikan dengan kebutuhan daerah,” ujar Tomie Herawanto, Kabid Pengembangan Perekonomian Bappekab Malang dalam suatu kesempatan. Ia mencontohkan salah satunya kegiatan Bank Indonesia Social Responsibility (BSR) yang bisa menyesuaikan dengan kebutuhan masyarakat setempat. Hal itu juga diharapkan pada perusahaan yang lainnya. Misalkan untuk pengembangan air bersih, infrastruktur dll.
Pemerintah daerah sendiri dalam CSR memang bisa dimanfaatkan sebagai bagian dari data base untuk mendapatkan informasi tentang apa yang bisa dilaksanakan oleh perusahaan yang ada. Meski mungkin juga perusahaan juga telah melakukan survei atau keputusan sendiri untuk melaksanakan kegiatan CSR. Namun langkah baik pemerintah daerah membuka informasi terkait kebutuhan yang diharapkan juga sebagai salah satu tahap awal untuk melaksanakan kegiatan itu dengan menjadi lebih mudah.
Sebab merekalah yang lebih tahu kondisi di daerah itu. Misalkan ketika fokus BSR ke masalah peduli air bersih yang menjadi kebutuhan seluruh masyarakat. Maka bisa mendapatkan data dimana daerah yang memerlukan itu bisa dilakukan. Sehingga lebih fokus pada kegiatannya. Namun tak jarang, ketika melakukan kegiatan CSR, dari perusahaan masih mungkin muncul rasa ego sektoral demi brand sendiri dan melupakan daerah yang menjadi tempat kita melakukan kegiatan itu. Beberapa waktu lalu, BSR juga dilakukan untuk para paguyupan becak di Kabupaten Malang sebagai bantuan bergulir seperti untuk pedagang pasar serta untuk penarik becak di Kepanjen yang membidik para istri pengemudi becak untuk membantu menggerakkan perekonomian keluarganya.
Apalagi dalam perkembangan zaman, becak yang memakai tenaga manusia makin ditinggalkan meski masih bisa dimanfaatkan. Namun untuk dijadikan tempat mendapatkan penghasilan untuk menghidupi keluarga mereka sudah sangat berat. Sehingga para penarik becak juga harus memutar otak dengan menjadi tukang ojek anak sekolah. Setelah jam sekolah usai, mereka menarik becak lagi. Sementara istrinya ’diberdayakan’ dengan dana bergulir itu seperti dengan berjualan gorengan atau usaha lainnya. Langkah langsung mendekati para pelaku ini juga sangat bagus namun harus juga dilakukan pengawasan meski sifatnya hibah. Sebab jika sudah macet, harapan untuk mengangkat perekonomian dari pelaku lainnya juga dipastikan tidak akan berjalan.
Andai sinergitas itu dilakukan oleh semua perusahaan dengan pemerintah daerah, tak hanya lewat BSR alangkah baiknya karena justru bisa memberikan nilai lebih bagi daerah dan memberikan rasa bangga bagi perusahaan yang memberikan bantuan karena apa yang dilakukan bisa dimanfaatkan oleh masyarakat secara langsung. Namun langkah ini juga harus didukung oleh ketersediaan data yang akurat dari daerah. Sehingga dana pihak lain yang ingin berpartisipasi dalam pembangunan di daerah tidak sia-sia. Sehingga otomatis brand dari sang pemberi CSR juga akan terangkat positf tanpa harus dipaksa dengan publikasi yang mungkin bersifat sementara.
Malang, 13 Oktober 2011
(Aku buat untuk lomba menulis artikel yang diadakan KBI Surabaya. Lumaya, dapat HP)
Komentar
Posting Komentar