Masih Banjir, Drainase Kepanjen Dapat Perhatian


MALANG-Ibukota Kabupaten Malang, Kepanjen meski dikelilingi oleh Sungai Metro dan Sungai Brantas, namun hingga kini masih sering menghadapi masalah banjir sehingga menimbulkan genangan.  Setidaknya akan empat titik genangan yang menjadi perhatian Pemkab Malang sebagai kawasan rawan banjir.  Menurut Dwi Siswahyudi, Kabid Pengembangan Sarana dan Prasana Wilayah Bappekab Malang menyatakan empat kawasan itu ada  Desa Ngadilangkung, tepatnya di depan RM Bojana Putri Jl Panglima Sudirman. Kemudian di Jl A Yani, Kepanjen dan Jalan Panurkan serta Jl Krapyak, Panggungrejo termasuk juga kawasan office block Pemkab Malang.
“Bappekab Malang sudah membuat masterplan sarana dan prasarana di kawasan perkotaan Kepanjen. Mengenai penataan drainase, misalnya, sudah kita siapkan hingga 20 tahun mendatang. Teknisnya nanti akan dikerjakan oleh Dinas Cipta Karya dan Tata Ruang dengan mengacu pada masterplan ini seperti membuat DED-nya ,” jelas Dwi, Senin (9/4). Menurut Dwi, kawasan Jl Panglima Sudirman masih rawan banjir karena topografinya menurun. Sementara drainase yang ada sekarang lebih tinggi dari badan jalan. Sehingga ketika hujan turun, kawasan itu justru tergenang. Sedang di Jl A Yani, penyebab banjirnya karena saluran tersumbat akibat sendimen maupun sampah.  
Sedang banjir di kawasan Jl Penarukan karena gorong-gorongnya tersumbat mengakibatkan aliran air macet sehingga saluran air tidak berfungsi maksimal. Sedang banjir di Jl Krapyak (Yon Zipur) karena saluran drainase dipenuhi sendimen karena drainase itu tidak dilengkapi saringan kotoran. “Nantinya, untuk mengatasi genangan banjir di Jl Panglima Sudirman, drainasenya diarahkan ke Kali Metro. Begitu juga di Jl A Yani. Sedang di Jl Panarukan dan Jl Krapyak, jika ada perbaikan drainase, maka diarahkan ke Kali Brantas,” paparnya.  Solusinya, lanjut Dwi, untuk rencana hingga 20 tahun mendatang adalah melakukan normalisasi saluran, penambahan dimensi saluran dan penambahan saluran drainase baru hingga meningkatan resapan air ke dalam tanah dengan menggunakan konsep sumur resapan dan biopori.
Masterplan sarana dan prasanana di kawasan perkotaan Kepanjen sendiri baru terselesaikan pada Desember 2011 lalu. “Dulu mungkin pembuatan drainasenya masih sepotong-potong. Tapi nanti sudah harus mengacu ke masterplan ini,” ungkapnya.  Romdhoni, Kadis Cipta Karya dan Tata Ruang Kabupaten Malang menyatakan pihaknya masih perlu mapping saluran drainase karena awalnya banyak merupakan saluran irigasi, tapi kemudian dicampur dengan air genangan dari drainase. Hal ini karena belum ada perencanaan. “Jadi nantinya empat kawasan rawan banjir itu hanya akan menjadi bagian terkecil saja karena asumsinya nanti, kawasan Kepanjen akan tumbuh sebagai pemukiman karena menjadi  ibukota,” tutur Romdhoni.
Dengan kondisi itu perlu dipikirkan bagaimana untuk mengatasi hal itu jika debit air makin besar dan disatu sisi terdesak dengan makin padatnya penduduk. “Kalau perlu juga harus ada pembebasan lahan untuk mengatasi itu. Hal ini akan masih masukkan dalam RDTK (Rencana Detil Tata Ruang) Kecamatan Kepanjen yang saat ini masih dalam tahap penyusunan dokumen,” pungkas Romdhoni.  Yang jelas, pihaknya akan tetap mempertahankan saluran irigasi. Tapi mana yang jadi prioritas penanganan, masih akan dikaji pihaknya. vie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini