Remaja Bisa Lebih Peduli Lingkungan


MALANG-Sebanyak 40 orang guru dari Indonesia, Belanda, Malaysia dan Amerika berkumpul di Balai Pelatihan Kesehatan (Bapelkes) Murnajati, Lawang hingga pekan depan.  Mereka adalah para guru SD hingga SMA dari berbagai mata pelajaran. Mereka berkumpul selain menggelar workshop, field trip hingga membuiat pameran yang umumnya menfaatkan limbah dari berbagai produk konsumsi.  Para siswa yang menjadi relawan lingkungan juga dilibatan di acara ini. Para guru inilah yang nantinya  bisa mengajak ke para siswa untuk lebih peduli pada lingkungan.
 “Kami ingin memberdayakan para remaja untuk melihat berbagai permasalahan di dunia dalam perspektif global, contohnya masalah perubahan iklim,” ungkap Wayne Schimpff, pendiri Caretakers of the Enviroment International  yang bekerja sama dengan FMIPA UB mengadakan acara itu. Perubahan iklim perlu diketahui karena dampaknya nanti kepada mereka dan masa depannya. “Mulai dari masalah makanan, tempat mereka bermain dan dampaknya nanti ke anak cucu mereka,” ujar Wayne. Ia mencontohkan soal curah hujan yang lebat dan tidak diiringi dengan adanya konservasi lingkungan, dampaknya bisa ke banjir. Begitu juga curah hujan yang sedikit, berdampak pada timbulnya kekeringan.
Tujuannya, jika mereka sejak remaja sudah peduli soal lingkungan, harapnya, jika mereka kemudian menjadi bekerja, maka mereka mungkin akan bisa membuat kebijakan yang lebih baik.  Menurutnya, paling bagus para remaja menjadi peduli lingkungan jika mengikuti proses belajarnya secara langsung di lapangan. Ia mencontohkan ada seorang anak SMP yang meski sudah dilarang merokok di sekolah, tapi tetap melakukannya. Tapi ketika ia mengikuti kegiatan lingkungan dan menemukan ternyata ada keluarga yang penghasilannya dibawah pengeluarannya untuk membeli rokok. Sejak itu, ia sadar tidak merokok lagi.  “Sehingga proses sadar lingkungan diperoleh sendiri,” kata pria yang juga aktif di kegiatan pramuka ini.
Fauzi Fabernando, siswa/relawan lingkungan dari Jogjakarta yang masih duduk di kelas 7 SMP mengaku masih banyak anak muda yang kurang peduli pada lingkungan.  Ia mencontohkan di Kota Jogjakarta, tempat tinggalnya. “Masih banyak bau busuk dari sampah yang berserakan. Tapi mereka tidak peduli. Kalau minggu, makin banyak kendaraan bermotor yang justru menyumbang polusi udara. Tapi jumlah andong jauh berkurang,” tutur siswa berkacamata ini. Terpisah, Stien Matakupan, coordinator jaringan guru di acara ini menyatakan dari pertemuan ini diharapkan bisa menyumbang saran dalam konferensi tentang lingkungan di Rio de Jeneiro pada Juni mendatang.  vie

Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini