Selesaikan Kuliah Sambil Rampungkan Kumpulan Cerpen "Surat Dari Praha"
Kumpulan cerpen Yusri Fajar "Surat dari Praha |
Tinggal di negeri orang menimbulkan kreatifitas sendiri.
Imajinasi juga berkembang.
Apalagi ketika mendengarkan banyak cerita dari orang Indonesia yang bermukim di sejumlah negara di Eropa.
Hasilnya adalah sebuah buku kumpulan cerita pendek (kumcer) bertajuk Surat Dari Praha yang dirilis pada Maret 2012 lalu.
Kumcer itu terdiri atas 12 cerita. Pengalaman menarik itu didapatkan oleh Yusri Fajar,
Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang ketika mendapatkan kesempatan menyelesaikan Master of Arts pada 2008-2010 di bidang Kajian Sastra dan Budaya di Universitas Bayreuth Bayern Jerman. Alumnus Universitas Negeri Jember kelahiran Banyuwangi tahun 1977 itu berada di negara Eropa barat itu atas sponsor dari Dinas Pertukaran Akademis Jerman (DAAD).
Apalagi ketika mendengarkan banyak cerita dari orang Indonesia yang bermukim di sejumlah negara di Eropa.
Hasilnya adalah sebuah buku kumpulan cerita pendek (kumcer) bertajuk Surat Dari Praha yang dirilis pada Maret 2012 lalu.
Kumcer itu terdiri atas 12 cerita. Pengalaman menarik itu didapatkan oleh Yusri Fajar,
Dosen Jurusan Bahasa dan Sastra, Fakultas Ilmu Budaya Universitas Brawijaya Malang ketika mendapatkan kesempatan menyelesaikan Master of Arts pada 2008-2010 di bidang Kajian Sastra dan Budaya di Universitas Bayreuth Bayern Jerman. Alumnus Universitas Negeri Jember kelahiran Banyuwangi tahun 1977 itu berada di negara Eropa barat itu atas sponsor dari Dinas Pertukaran Akademis Jerman (DAAD).
“Sayang kalau keberadaan saya di sana hanya menulis kajian/penelitian
terkait sastra dan budaya. Sebab banyak kesempatan ketemu orang-orang
Indonesia di sana, saya malah dapat banyak inspirasi menulis cerita sambil
ditambahi imajinasi sedikit-sedikit,” ungkap Yusri mengawali ceritanya, Minggu
(22/4) ketika berkunjung ke kantor Harian Surya Biro Malang, Jl Sultan Agung 4.
Inspirasi itu didapat mengalir begitu saja ketika bertemu dengan orang Indonesia di sana. Perkenalan dengan orang-orang Indonesia di negara-negara Eropa menjadikan seperti saudara. Kadang diajak ke rumah mereka, dimasakkan dan berbagi cerita. “Jadi bisa merasakan masakan Indonesia disana,” tuturnya.
Inspirasi tentang orang Indonesia didapat seperti dituliskan dalam kisah cerpen Di Akhir Musim Gugur mengenai wanita Indonesia yang bersuamikan orang Jerman. “Saya melihat, hati wanita itu terpecah dua. Ada kegamangan dihatinya. Ia masih ingin pulang ke Indonesia. Tapi untuk pulang, juga sering terkendala biaya karena suaminya selalu mengatakan pulang ke Indonesia membutuhkan biaya tinggi,” kisah Yusri.
Tokoh suami Andini dicerita itu disebut dengan nama Ebner. Yusri bisa merasakan kegamangan dua dunia itu. Apalagi wanita itu telah berkeluarga sehingga tidak bisa seenaknya meninggalkan suaminya. “Dulu memang dia memang dijanjikan boleh setahun sekali pulang. Apalagi ketika musim salju tiba,” katanya.
Ini terungkap di cerpen atas kisah itu, dimana Bu Andini, tokoh wanita Indonesia itu ketika datang musim salju, hidungnya kadang berdarah menahan dingin yang ekstrim.
Inspirasi itu didapat mengalir begitu saja ketika bertemu dengan orang Indonesia di sana. Perkenalan dengan orang-orang Indonesia di negara-negara Eropa menjadikan seperti saudara. Kadang diajak ke rumah mereka, dimasakkan dan berbagi cerita. “Jadi bisa merasakan masakan Indonesia disana,” tuturnya.
Inspirasi tentang orang Indonesia didapat seperti dituliskan dalam kisah cerpen Di Akhir Musim Gugur mengenai wanita Indonesia yang bersuamikan orang Jerman. “Saya melihat, hati wanita itu terpecah dua. Ada kegamangan dihatinya. Ia masih ingin pulang ke Indonesia. Tapi untuk pulang, juga sering terkendala biaya karena suaminya selalu mengatakan pulang ke Indonesia membutuhkan biaya tinggi,” kisah Yusri.
Tokoh suami Andini dicerita itu disebut dengan nama Ebner. Yusri bisa merasakan kegamangan dua dunia itu. Apalagi wanita itu telah berkeluarga sehingga tidak bisa seenaknya meninggalkan suaminya. “Dulu memang dia memang dijanjikan boleh setahun sekali pulang. Apalagi ketika musim salju tiba,” katanya.
Ini terungkap di cerpen atas kisah itu, dimana Bu Andini, tokoh wanita Indonesia itu ketika datang musim salju, hidungnya kadang berdarah menahan dingin yang ekstrim.
Inspirasi juga didapatnya ketika ia melakukan perjalanan ke
negara lain sekitar Jerman, seperti ke Belanda dan ke Cekoslowakia.
“Ke Ceko, saya naik kereta api biasa. Kereta api ke Eropa timur kan nggak terlalu bagus,” kata Yusri. Dari Ceko, akhirnya didapat cerita pendek Surat dari Praha yang menjadi judul kumpulan cerpennya itu. Kisahnya tentang mahasiswa Indonesia yang berangkat ke Ceko pada tahun 1960-an. Pria tua yang dikirim pemerintah untuk menyelesaikan pendidikan di negara itu, kini malah mengembangkan kuliner Indonesia dengan membuka warung sate.
Dalam cerpen itu, si tokoh dikisahkan bernama Marwo yang masih ingin pulang kampung.
“Ke Ceko, saya naik kereta api biasa. Kereta api ke Eropa timur kan nggak terlalu bagus,” kata Yusri. Dari Ceko, akhirnya didapat cerita pendek Surat dari Praha yang menjadi judul kumpulan cerpennya itu. Kisahnya tentang mahasiswa Indonesia yang berangkat ke Ceko pada tahun 1960-an. Pria tua yang dikirim pemerintah untuk menyelesaikan pendidikan di negara itu, kini malah mengembangkan kuliner Indonesia dengan membuka warung sate.
Dalam cerpen itu, si tokoh dikisahkan bernama Marwo yang masih ingin pulang kampung.
Namun kondisinya tidak memungkinkan. Pengobat rindunya
kepada Indonesia akhirnya ditumpahkan lewat email-email yang dikirim ke
keluarganya di Indonesia. “Selama di
Jerman, memang ada cerita-cerita yang masih jadi draft, ada yang kemudian saya perbarui lagi ketika sudah pulang ke
Malang,” katanya.
Katanya, sebagai dosen dengan mata kuliah penulisan kreatif, membuatnya harus rajin menulis. “Nggak lucu kan saya ngajar itu, sementara saya tidak kreatif menulis, he..he,” jawab pria yang juga mengajar Metode Penelitian Sastra ini sambil tertawa. Sejak awal memang ia sudah menekuni kepenulisan cerpen,puisi dll. Beberapa puisinya juga dibuat di antologi puisi “Brawijaya Berkata” dll. sylvianita widyawati
Katanya, sebagai dosen dengan mata kuliah penulisan kreatif, membuatnya harus rajin menulis. “Nggak lucu kan saya ngajar itu, sementara saya tidak kreatif menulis, he..he,” jawab pria yang juga mengajar Metode Penelitian Sastra ini sambil tertawa. Sejak awal memang ia sudah menekuni kepenulisan cerpen,puisi dll. Beberapa puisinya juga dibuat di antologi puisi “Brawijaya Berkata” dll. sylvianita widyawati
Komentar
Posting Komentar