Sari Buah Tingkatkan Nilai Lebih Kelengkeng


Buah kelengkeng Tumpang diolah jadi sari buah
Kecamatan Tumpang, Kabupaten Malang dikenal sebagai penghasil buah kelengkeng. Tak sekedar hanya menikmati buah segarnya, Ny Yuli Buantoro,49, selalu mengolah buah kelengkeng itu untuk sari buah.

“Awalnya buat minuman keluarga, terutama suami saya pasti selama meminta saya membuatkan sari buah kelengkeng,” cerita Ny Yuli, Mingu (18/3).

Suaminya, Buantoro adalam mantan Kades Malangsuko, Kecamatan Tumpang. Menurutnya, kelengkeng memiliki banyak khasiat.

Karena itu selalu menjadi minuman segar di keluarganya. Manfaat kelengkeng yaitu pada  daging buah ini terdapat kandungan sukrosa, glukosa, protein, lemak, vitamin A, vitamin B dll  yang berguna bagi kesehatan.

Kombinasi dari senyawa-senyawa di buah itu melahirkan berbagai khasiat, di antaranya mengedurkan saraf. Sehingga dalam berbagai literasi disebutkan bahwa buah lengkeng memberikan efek penenang dan berkhasiat mengatasi gelisah dan susah tidur. Buah asal China yang masih satu keluarga dengan rambutan dan leci ini di Indonesia disukai karena rasanya enak, manis dan menyegarkan.

Resep mengolah kelengkeng menjadi sari buah sudah diuji coba dalam setahun terakhir ini olehnya. Akhirnya sari buah kelengkeng ini diberi banderol nama “Broow” alias Bromo Wetan. Bromo wetan adalah sebutan untuk Tumpang yang memang berada di timur Gunung Bromo.

Buah kelengkeng tidak diolah sendiri, tapi dipadu dengan jeruk nipis dan gula. Cara membuatnya juga sederhana yaitu buah kelengkeng yang akan diolah menjadi sari buah dikupas terlebih dahulu. Setelah itu disterilkan dan baru diblender. 

“Saya memakai air steril agar khasiat buahnya tetap terjaga sehingga bisa digunakan untuk kesehatan,” urai pengusaha beras ini. Menurut wanita berjilbab ini, ia masih mengerjakan usahanya secara manual. Tapi kini sudah mulai menyeriusi dengan memesan mesin pengemasan untuk sari buah kelengkengnya. 

Harapannya nanti, ia bisa memproduksi lebih banyak lagi meski selama ini masih mendasarkan pada permintaan masyarakat. Apalagi labelnya juga sudah mendapat perizinan dari Disperindag dan Pasar Kabupaten Malang. Selama ini, pembuatan sari buah kelengkengnya masih terbatas untuk kegiatan pemesanan seperti kegiatan pernikahan, oleh-oleh dll. 

Untuk satu dus yang berisi 27 cup dijualnya Rp 16.000. Bagaimana jika pasokan kelengleng mutiara Tumpang sulit didapatkan? “Sejauh ini masih lancar. Kelengkeng mutiara Tumpang termasuk suka berbuah. Dalam setahun, bisa berbuah dua kali,” paparnya. 

Tapi kalau tidak ada, ia juga bisa menggunakan jenis kelengkeng lainnya yang mungkin memberi cita rasa berbeda dengan kelengkeng Tumpang. Ia optimistis sari  buahnya bisa mendapat pasar karena sejauh ini tidak ada kompetitor. Ninuk Handayaningsih, Sekretaris Disperindag dan Pasar Kabupaten Malang mendorong pengembangan usaha kecil agar makin berkembang. sylvianita widyawati


Komentar

Posting Komentar

Postingan populer dari blog ini

Pejabat Pemkab Malang Terlibat Pembunuhan Janda (1)

Ke Makam Troloyo Mojokerto

Meraup Untung Dari Si Mini