Ngabuburit Dihibur Kungfu Shaolin Afrika
Aksi shaolin dari Afrika |
Kegiatan ngabuburit
menunggu buka puasa yang diadakan oleh Pemkab Malang bekerja sama dengan Forum
Komunitas Tionghoa Malang menjadi agak berbeda dengan menghadirkan pentas The Miracle From Africa , Rabu
(25/7/2012). Pengisi pentas itu adalah anak-anak panti asuhan dari negara
Malawi di Afrika. Untuk itu, halaman Pendopo Kabupaten Malang telah disiapkan
panggung besar sehingga para pejabat Pemkab Malang dan para undangan lainnya
bisa menonton dengan leluasa aksi 27 anak-anak itu. Mereka tak hanya pandai melakukan aksi kungfu
jenis shaolin, tapi juga menyanyi dan menari.
Berbagai jurus mereka pamerkan. Ada jurus harimau, elang,
belalang, jurus ular yang meliuk-liuk namun berbahaya, gerakan kodok hingga
jurus kalajengking. Yang menarik, aksi
kungfu itu bisa dikemas jadi tontonan menarik karena diiringi musik. Sementara
itu agar terjadi kedekatan dengan penontonnya, anak-anak Afrika juga
menembangkan sejumlah lagu daerah.
“Untuk lagu-lagu Indonesia, begitu mereka mendarat di Jawa Timur, mereka
berusaha keras belajar lagu Indonesia,” cerita MC acara itu. Kemudian
mengalirkan sejumlah lagu Rek Ayo Rek,
Dayung Sampan, Rasa Sayange dll. Uniknya, lagu Rek Ayo Rek dinyanyikan dengan iringan musik keroncong.
Mereka menyanyi
dengan memakai seperti seragam sekolah warna biru putih dengan diberi dasi
merah. Soal lirik lagu itu, jika didengarkan seksama memang ada pengucapan yang salah dan lucu. Tapi
penonton tetap bersemangat memberikan tepukan tangan, termasuk Bupati Malang,
Rendra Kresna yang menonton bersama anak-anak perempuannya ditemani istrinya,
Ny Jajuk. Kartono, Humas Buddhist
Education Centre (BEC) Surabaya didampingi Kusuma Agustiawan dari Forum
Komunitas Tionghoa Malang menyatakan, anak-anak yang tampil berusia 8-17 tahun.
Mereka bergabung di ACC (Amitofu Care Centre) yang didirikan oleh Huili Fashi,
master kungfu shaolin yang juga kepala vihara yang sudah 20 tahun tinggal di
Malawi.
Semangat menghibur |
Malawi termasuk negara terbelakang di Afrika dengan tingkat
harapan hidup mencapai 37 tahun. Karena kondisi negaranya, banyak warga
kekurangan gizi dan anak yatim piatu karena orangtua mereka meninggal akibat
penyakit HIV/AIDS. Jumlah anak terlantar mencapai jutaan. Tapi yang tergabung
di ACC mencapai 3000-an anak. “Anak-anak diajari pendidikan, budi pekerja
hingga keterampilan. Yang mampu ya diajari kungfu,” cerita Kartono. Dari keterampilannya itu, anak-anak jadi bisa
bepergian keluar negeri untuk road show
. Malang termasuk tujuan utama di Jawa
Timur setelah sebelumnya ke Surabaya dan
Medan pada dua pekan lalu. Habis dari Malang, mereka terbang ke Bali dan
selanjutnya melakukan pertunjukkan di Malaysia.
“Iya, tampil di Malang enak juga. Hawanya sejuk,” cetus
Ahting (13) dan Ahpiau (12). Ahting bergabung dengan ACC sejak lima tahun lalu,
namun baru belajar kungfu sejak tiga tahun lalu. Sedang Ahpiau baru bergabung
dengan ACC pada tiga tahun lalu dan belajar kungfu pada 2,5 tahun lalu. “Kalau
mau pandai, harus latihan kungfu setiap hari,” cetus mereka dalam bahasa
Mandarin yang lancar. Nampaknya karena bergabung dengan ACC, nama-nama mereka juga
jadi berbau ikut berubah. Keduanya mengaku sudah yatim piatu. “Saya
bercita-cita jadi pilot,” cetus Ahpiau semangat.
Menurut Bupati Malang, semangat tinggi yang ditunjukkan
mereka bisa dijadikan contoh bagi anak-anak panti asuhan yang ada di Kabupaten
Malang. “Kalian juga harus bisa
bersemangat seperti mereka,” tutur bupati ketika memberikan sambutan. sylvianita widyawati
foto: gogon
Komentar
Posting Komentar