Generator Tanpa BBM Pikat Menteri BUMN
Tempat kerja Embing ketika didatangi Bupati Malang |
MALANG-Pekerjaan sehari-hari Slamet Hariyanto (53) atau akrab
dipanggil Pak Embing asal Desa Ngroto, Kecamatan Pujon, Kabupaten Malang adalah
tukang servis dinamo sejak 1987. Tapi berkat hobinya otak-atik benda
elektronik, ia berhasil menciptakan generator tanpa menggunakan BBM sehingga
bisa menghasilkan listrik. Belakangan ia baru menamakannya PLT Hampa. Sebab tidak
mengeluarkan suara, namun generatornya
bisa bekerja selama 24 jam asal ada alat yang membutuhkan itu secara terus
menerus, misalkan lemari es atau lampu yang terus menyala. Kalau mati, maka
harus dipancing lagi dengan aki.
“Saya sendiri tidak tahu ini disebut apa. Ketika saya ingin
begini..begini, saya kerja terus,” kata
Pak Embing ditemui di rumah sederhananya berdinding bambu dan berlantai tanah,
Selasa (24/7). Pria yang hanya protolan SD ini mengerjakan generator tanpa BBM
itu disela kesibukannya menjadi tukang servis dengan memanfaatkan barang-barang
bekas. Tempat kerjanya sebagai tukang servis dinamo bersebelahan dengan warung
pecel Blitar yang dikelola istrinya. Bupati Malang, Rendra Kresna tertarik
dengan kreasi Embing. “Pemkab Malang
akan membantu mematenkan karya Pak Embing
dibantu Dinas ESDM Kabupaten Malang.
Kalau sudah punya hak
paten, Pak Embing kan bisa mencari mitra kerja untuk memproduksi barangnya.
Sekarang dia hanya mengerjakan secara manual sehingga harganya masih mahal,”
komentar bupati. Dari hasil otak atiknya, pada 2008, Pak Embing, ayah tiga anak
ini membuat generator dengan
memanfaatkan karbon padat yang dihasilkan dari pembakaran batok kelapa yang
telah menjadi abu ditambah banyak elemen dan dibantu kapasitor yang harus
dibelinya seharga Rp 800.000. Karbon dipasang di panel kaca. Sehingga untuk
cara kerjanya mengandalkan arus bolak balik dari panel-trafo-aki
mesin-pendorong-kapasitor.
Hasilnya, ada prototipe yang bisa menghasilkan daya listrik
besar hingga 13.000 watt atau yang agak kecil untuk daya rumah maksimal 6000
watt. Jika untuk tipe kecil, hanya butuh satu kapasitor. Sedang daya besar, perlu dua kapasitor. Hobi
otak-atik barang elektronik katanya banyak didapat dari pamannya. Sudah
sebanyak 100 unit alat telah dibuatnya. “Umumnya memang saya jual ke
daerah-daerah,” cerita Pak Embing. Yang tertarik pada karyanya pun tak
main-main, termasuk Menteri BUMN, Dahlan Iskan.
Senin lalu, Dahlan sudah menelpon langsung ke Embing dan ingin memesan
alat ini untuk rumahnya di Surabaya.
Begitu juga dengan Direktur PLN. Nampaknya pembelian alat itu
nantinya mengarah kepada memberi listrik pada daerah-daerah kepulauan di
Indonesia yang sampai sekarang belum ada penerangan. Untuk pemesanan banyak
tentu saja ia masih belum bisa karena ia mengerjakan sendiri secara manual dan
tidak punya modal besar.
“Kalau nanti bisa diproduksi massal dengan harga murah
setelah ada hak paten karena Pak Embing misalkan ada mitra yang memproduksinya,
Kabupaten Malang juga bisa memanfaatkan untuk menerangi sejumlah dusun di
Kabupaten Malang yang belum diterangi listrik,” kata Rendra. Untuk harga
jualnya, Embing mengaku berdasarkan daya listrik yang dikeluarkan oleh
alatnya. Untuk menghasilkan daya 13.000
watt, setidaknya butuh Rp 15 juta. Dalam dialognya dengan Embing, bupati
menyarankan agar dia lebih hati-hati menerima pesanan karena ditakutkan adanya peniruan.
“Wah, pokoknya untuk uji coba sampai berhasil seperti ini ngentekno duit,” cerita Embing. Ia cerita, kadang istrinya juga
meminta ia berhenti mengerjakan itu. Tapi ia tetap mengerjakan karena sudah
menyukai pekerjaannya itu. Ia menilai karya warga Pujon ini luar biasa. vie
salut pak maju terus yang seperti ini yang harus dipupuk dan dikembangkan. tapi sayang indonesia sarang bajingan pura2 pesan atau beli habis itu produksi masal karena berhasil nyolong resepnya. dan kenyataan sampai detik ini pemerintah belum pernah melindungi dan mengorbitkan karya anak bangsa.
BalasHapussayangnya benda itu tidak terealisasikan. padahal sudah dpt bantuan.
BalasHapusKalo ini terealisasikan...Sodagar / raja minyaknya bangkrut...politik ekonomi.?
BalasHapus